Nutrisi dan Energi Pekerja

Faktor fisik dan kimiawi yang memengaruhi kehidupan makhluk hidup. Contohnya: tanah, air, udara, cahaya matahari.

Makhluk hidup di lingkungan, seperti hewan, tumbuhan, dan manusia.

Benda mati di lingkungan, seperti tanah, air, udara, cahaya matahari.

Pengaruh suhu terhadap kehidupan makhluk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.

Radiasi matahari sebagai sumber energi utama bagi kehidupan. Berpengaruh terhadap siklus hidrologi, termasuk hujan.

Diet yang sehat dan berkelanjutan, memperhatikan aspek lingkungan.

Diet yang memperhatikan dampak lingkungannya, seperti emisi karbon dan konsumsi air.

Perubahan iklim dapat memengaruhi produksi pangan, status gizi, dan kesehatan manusia.

Guncangan iklim, seperti musim hujan yang tertunda dan suhu yang lebih tinggi, dapat menyebabkan rumah tangga melewatkan waktu makan, memilih makanan alternatif yang kurang bergizi, atau mengalokasikan dana lebih besar untuk makanan.

Kekeringan di Sulawesi mengakibatkan penurunan pengeluaran pangan hingga 64% di sebagian besar rumah petani, yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi, terutama makanan kaya protein seperti ikan dan daging.

Kejadian iklim ekstrem, seperti kekeringan dan banjir, dapat menyebabkan berkurangnya hasil panen dan produksi ternak, memengaruhi pendapatan petani, dan meningkatkan kejadian penyakit menular.

Erosi pantai dan cuaca buruk di Sulawesi Tengah membatasi akses ke tempat penangkapan ikan dan berburu, sehingga mengancam ketersediaan makanan lokal. Perubahan iklim juga memengaruhi produktivitas perikanan tuna di Sulawesi Selatan dan Jawa.

Studi menunjukkan bahwa perubahan iklim memengaruhi ketahanan pangan dan gizi manusia dengan mengganggu sistem pangan, terutama di tingkat produksi, baik dalam hal tanaman maupun perikanan.

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyatakan bahwa dampak perubahan iklim pada sistem pangan semakin meningkat dan menjadi ancaman besar bagi kesehatan global.

Stunting adalah kurang gizi kronis atau berulang yang dapat mengganggu perkembangan fisik dan kognitif anak. Wasting adalah kondisi terlalu kurus untuk tinggi badan yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi, penyerapan gizi yang buruk, atau penyakit.

Kekurangan zat gizi mikro, terutama vitamin dan mineral, dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan balita karena dibutuhkan untuk produksi enzim, hormon, dan pertumbuhan.

Peningkatan suhu global dapat menyebabkan peningkatan laju respirasi tanaman, penurunan proses perkecambahan, dan pengurangan jangka waktu pengisian biji, yang pada akhirnya dapat menurunkan produksi panen.

Kekeringan akibat perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanaman, khususnya tanaman tadah hujan yang bergantung pada curah hujan.

Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer dapat meningkatkan proses fotosintesis pada beberapa tanaman, seperti beras, kedelai, dan gandum. Namun, efek positif ini dapat terhambat jika suhu terlalu tinggi.

Peristiwa El Nino dan La Nina dapat menyebabkan perubahan curah hujan yang ekstrem, yang dapat berdampak negatif terhadap produksi pangan. El Nino dapat menyebabkan kekeringan, sedangkan La Nina dapat menyebabkan banjir.

Data menunjukkan bahwa produksi padi di Indonesia mengalami penurunan signifikan pada tahun 1989 hingga 2015, mengindikasikan dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan.

Menurut Cline (2007), pemanasan global dapat menyebabkan penurunan produktivitas pertanian di Indonesia antara 15-25% pada tahun 2080. Namun, pengayaan CO2 di atmosfer dapat sedikit mengurangi penurunan ini.

Suhu rata-rata global diperkirakan akan meningkat antara 0,8°C–1,4°C pada tahun 2040-2059 dan 2,4°C–4,6°C pada tahun 2080-2030.

Dampak perubahan iklim terhadap produktivitas tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perubahan suhu rata-rata, curah hujan, dan konsentrasi CO2.

Merupakan pola konsumsi makanan yang dilakukan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara berkelanjutan, serta memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan.

Memilih makanan yang berasal dari tumbuhan, seperti sayuran dan buah-buahan, yang memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan produk hewani.

Membatasi konsumsi daging merah dan produk hewani lainnya karena emisi gas rumah kaca yang tinggi dari peternakan.

Menanam sendiri sayur-sayuran di rumah dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari transportasi dan memilih sayuran yang sehat dan bebas pestisida.

Menghindari pemborosan makanan dengan makan secukupnya, membuat rencana makan, dan memanfaatkan sisa makanan sebagai pakan ternak atau pupuk organik.

Membawa tempat makan dan minum sendiri ketika bepergian dan menggunakan tas belanja yang ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan plastik.

Memilih makanan lokal yang sesuai dengan musim dapat membantu mendukung pertanian lokal dan mengurangi biaya dan emisi transportasi.

Makanan olahan mengandung banyak gula, garam, dan bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan dan bisa berdampak buruk bagi lingkungan.

Pola makan yang sehat berfokus pada asupan kalori optimal, kaya pangan nabati, sedikit pangan hewani, kaya lemak tak jenuh, dan rendah biji-bijian olahan, pangan olahan, dan gula tambahan.

Organisme yang dihasilkan dari rekayasa genetik dan dinyatakan aman dikonsumsi, dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan.

Penggunaan teknologi untuk meningkatkan penyediaan pangan, meliputi GMOs, iradiasi, dan pestisida.

Metode yang menggunakan radiasi untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme berbahaya pada pangan, bertujuan untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan pangan.

Perubahan iklim memengaruhi sistem pangan dan kesehatan, melalui dampak pada produksi pangan, ketersediaan air, dan status gizi.

Zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia jika terpapar dalam jumlah berlebihan.

Pangan yang dimodifikasi secara genetik untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, atau daya tahan terhadap hama. Beberapa manfaatnya termasuk peningkatan nilai gizi dan hasil panen.

Penggunaan iradiasi pada pangan dapat meningkatkan masa simpan dan keamanan pangan, tetapi memerlukan regulasi ketat untuk memastikan keselamatan pangan.

Pola makan yang mempengaruhi ekspresi gen dan metabolisme, akibatnya dapat meningkatkan atau menurunkan risiko penyakit.

Pengaruh variasi genetik seseorang terhadap respons tubuh terhadap makanan.

Perubahan kecil pada urutan DNA yang terjadi pada setidaknya 1% populasi.

Nutrisi dan faktor lingkungan selama masa prenatal dan postnatal dapat mempengaruhi ekspresi gen dan meningkatkan risiko penyakit kronis di masa dewasa.

Nutrisi dapat mengontrol ekspresi gen dengan mengaktifkan atau menonaktifkan gen tertentu.

Variasi genetik dapat memengaruhi cara tubuh memproses nutrisi, yang dapat menyebabkan perbedaan dalam respons terhadap diet.

Melalui studi SNP, kita dapat mempelajari efek makanan pada kesehatan dan menemukan diet yang optimal untuk individu.

Nutrigenomik dan nutrigenetika mempelajari interaksi antara gen dan nutrisi, yang dapat mempengaruhi kesehatan dan penyakit.