Iman dan Keteladanan dalam Alkitab

Memegang teguh janji Allah tentang keselamatan dan yakin janji-Nya dalam setiap perbuatan-Nya.

Sikap mengandalkan dan berharap hanya pada Yesus.

Terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana, dan sehat.

Perbuatan yang bisa ditiru/dicontoh.

Seseorang yang memberikan keteladanan dan perilakunya bisa diikuti.

Anugerah yang menyelamatkan dari penderitaan & membebaskan melalui Yesus Kristus.

Maaf atau pembebasan dari tuntutan karena kesalahan.

Pembebasan dari bahaya/penderitaan, perpindahan ke kondisi baik.

Allah Maha Pengampun, seperti terlihat dalam perumpamaan domba, dirham, dan anak yang hilang (Lukas 15:3-32). Allah menerima kembali yang hilang dengan kasih-Nya.

Agatha tetap setia pada imannya kepada Allah meskipun ditawari kekayaan dan status tinggi. Dia menolak tawaran tersebut karena imannya lebih penting baginya.

Yesus di kayu salib berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka" (Lukas 23:34), menunjukkan pengampunan tanpa dendam.

Agatha berani menolak pernikahan yang bertentangan dengan prinsip imannya, meskipun dia tahu konsekuensinya akan berat.

Yesus mengajarkan pengampunan tanpa batas, yaitu tujuh puluh kali tujuh kali.

Agatha memilih untuk menghadapi siksaan dan kematian daripada menyembah dewa-dewa Roma. Ini menunjukkan komitmennya yang kuat kepada Allah.

Agatha menerima hukumannya dengan sukacita karena dia percaya bahwa penderitaan duniawi tidak sebanding dengan kemuliaan kekal bersama Allah.

Mengampuni mampu menghilangkan kebencian dan penyakit mengampuni dapat mengubah karakter manusia

Iman memberikan peringatan tentang dosa.

Agatha merupakan contoh keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan dalam mempertahankan iman kepada Allah di tengah tekanan dan ancaman.

Timotius adalah seorang yang beriman, taat, dan memiliki komitmen yang tinggi kepada Allah.

Iman memberi kita pengharapan.

Dengan iman dan pengharapan sebagai buahnya kita mampu mengalahkan stres, cemas, dan ketakutan kita.

Timotius adalah pribadi yang berintegritas baik dan setia.

Timotius mampu menerapkan firman Allah dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan bahwa dia benar-benar mengikutinya.

Dengan iman maka kita belajar mengasihi Allah dengan segala keberadaan kita.

Hidup sepenuhnya dengan mengandalkan Allah (Galatia 2 ayat 20a)

Timotius menjaga dirinya dari pengaruh buruk dan berlatih dalam kebajikan. Dia menghindari hal-hal yang dapat merusak imannya.

Timotius tekun dalam membaca, mengajar, dan menerapkan Firman Tuhan. Dia menunjukkan dedikasi dalam mempelajari dan menyebarkan agama.

Mendengar dan melakukan firman Tuhan (Yakobus 1 ayat 22 sampai 25)

Menjaga diri agar tidak tercemar oleh dunia (Yakobus 1 ayat 27b)

Timotius terus menjadi misionaris dan pemimpin Gereja yang setia. Dia menyebarkan pesan Allah dengan penuh semangat.

Bonhoeffer berani menolak kebijakan tidak manusiawi Adolf Hitler, meskipun dia tahu tindakannya dapat membahayakan nyawanya.

Abraham patuh pada panggilan Allah, meninggalkan tanah kelahirannya tanpa keraguan (Kej. 12:1-4) dan rela mempersembahkan Ishak sebagai bukti ketaatannya (Kej. 22:1-18).

Ia menanti 25 tahun hingga janji Allah tentang keturunan terpenuhi (Kej. 21:1-7).

Bonhoeffer tetap setia pada prinsip-prinsip iman Kristen, menentang ketidakadilan dan penindasan, bahkan ketika mayoritas gereja mendukung rezim NAZI.

Bonhoeffer rela kehilangan kebebasan, karier, bahkan hidupnya demi mempertahankan kebenaran dan melawan kejahatan. Dia menunjukkan bahwa kebenaran lebih penting dari segalanya.

Abraham selalu mendirikan mezbah untuk menyembah Allah di setiap tempat yang dikunjungi (Kej. 12:7-8).

Ayub adalah orang yang jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan, bahkan mendoakan anak-anaknya untuk menghindarkan mereka dari dosa (Ayub 1:1, 5).

Ayub tetap setia kepada Allah meskipun kehilangan harta, anak-anak, kesehatan, dan menghadapi tekanan dari istrinya serta sahabat-sahabatnya (Ayub 1:21-22, 2:9-10).

Keyakinan yang mendalam akan keberadaan dan kuasa Allah, disertai kepercayaan pada janji-janji-Nya.

Nuh membangun bahtera karena imannya pada Allah yang memperingatkan tentang banjir besar. Ia taat tanpa melihat bukti.

Abraham taat ketika dipanggil meninggalkan tanah airnya untuk pergi ke negeri yang dijanjikan. Ia melakukannya tanpa mengetahui tujuannya.

Henokh diangkat ke surga tanpa mengalami kematian karena imannya kepada Allah.

Tanpa iman, tak mungkin seseorang berkenan kepada Allah. Itu berarti, diperlukan keyakinan kepada Allah untuk memperoleh berkat-Nya.

Mereka yang tidak percaya kepada Allah, tidak akan memperoleh upah yang dijanjikan, karena mereka tidak sungguh-sungguh mencari-Nya.

Iman memungkinkan seseorang menerima kebenaran dan mendapatkan berkat Allah, bahkan melalui tantangan dan kesulitan.

Abraham, meskipun sudah tua, mendapatkan keturunan melalui imannya kepada Allah, yang menunjukkan kuasa Allah untuk memenuhi janji-Nya.

Orang-orang beriman hidup sebagai orang asing dan pendatang di bumi, karena mereka menantikan tanah air yang lebih baik, yakni surga.

Abraham rela mempersembahkan Ishak, anaknya yang tunggal sebagai kurban, karena kepercayaannya bahwa Allah mampu membangkitkan orang mati.

Kisah-kisah orang beriman dalam Alkitab menunjukkan bagaimana iman bekerja dalam hidup mereka, menjadi teladan bagi generasi selanjutnya.

Iman memberi kekuatan bagi orang-orang beriman untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, dan memperoleh apa yang dijanjikan.

Banyak orang beriman mengalami penderitaan, bahkan kematian, karena iman mereka, tetapi mereka tetap berpegang pada keyakinan mereka.

Perjanjian Baru menekankan iman kepada Yesus Kristus sebagai jalan keselamatan dan hidup yang kekal. Kasih Allah diwujudkan melalui pengorbanan Yesus bagi manusia.