Agresivitas dan Faktor Penyebabnya

Agresivitas

• Perilaku bertujuan untuk menyakiti orang lain yang tidak mau disakiti.
• Ada ketegangan antara individu dan masyarakat karena keinginan untuk kebebasan, yang dibatasi oleh norma sosial.
• Dorongan primitif, seperti keinginan untuk membunuh dan hasrat seksual, dianggap berbahaya bagi kesejahteraan kolektif.
• Aturan dibuat untuk mengatur dorongan ini.

Faktor Biologis dan Situasional yang Menyebabkan Agresivitas

• Pembunuh berantai memiliki prefrontal cortex dan amygdala yang lebih kecil.
• Orang yang kurang tidur lebih agresif secara fisik dan verbal.
• Gen MAOA-L dikaitkan dengan agresivitas.
• Gabungan antara gen MAOA-L dan trauma masa kecil meningkatkan risiko agresivitas.

Faktor Kimia

• Alkohol: Meningkatkan agresivitas, terutama pada laki-laki.
• Testosteron: Tingkat testosteron lebih tinggi pada tahanan yang melakukan tindakan kekerasan, seperti pembunuhan dan pemerkosaan, dibandingkan dengan tahanan lainnya.
• Pola makan: Asupan Omega-3 Fatty Acids dapat mengurangi kecenderungan perilaku agresif.

Faktor Situasional Lainnya

• Institusionalisasi: Eksperimen Milgram menunjukkan pengaruh lingkungan terhadap perilaku agresif.
• Cuaca panas: Suhu di atas 32 derajat Celcius dapat meningkatkan tingkat agresivitas.

Hubungan dengan Ciri Kepribadian

• Agresivitas berkorelasi negatif dengan:
  • Agreeableness: Semakin agresif, semakin rendah tingkat keramahannya.
  • Conscientiousness: Semakin agresif, semakin rendah tingkat ketelitiannya.
• Agresivitas berkorelasi positif dengan:
  • Psychopathy: Individu dengan sifat psikopat cenderung lebih agresif.
  • Neuroticism: Tingkatan neurotisme yang tinggi dapat mendorong perilaku agresif.

Model Lima Faktor (Big Five)

• Teori kepribadian yang menggambarkan lima faktor utama:
  • Keterbukaan terhadap Pengalaman (O): Seberapa terbuka seseorang terhadap pengalaman baru dan ide-ide baru.
  • Ketelitian (C): Seberapa terorganisir, terarah, dan teliti seseorang.
  • Ekstroversi (E): Seberapa ramah, aktif, dan suka bersosialisasi seseorang.
  • Keramahan (A): Seberapa peduli, kooperatif, dan empati seseorang.
  • Neurotisme (N): Seberapa mudah seseorang mengalami emosi negatif, seperti kecemasan, kemarahan, dan kesedihan.

Faktor Predisposisi Agresivitas

• Jenis kelamin: Laki-laki cenderung lebih agresif.
• Kepribadian agresif: Seseorang dengan kepribadian agresif lebih mungkin menunjukkan perilaku agresif.
• Penggunaan alkohol: Konsumsi alkohol dapat meningkatkan agresivitas.
• Melihat kekerasan: Paparan terhadap kekerasan dapat meningkatkan kemungkinan perilaku agresif.
• Anonimitas: Orang yang anonim cenderung lebih agresif.
• Provokasi: Provokasi dapat memicu perilaku agresif.
• Kehadiran senjata: Kehadiran senjata dapat meningkatkan kemungkinan kekerasan.
• Interaksi kelompok: Terlibat dalam kelompok tertentu dapat meningkatkan kemungkinan perilaku agresif.

Cara Mencegah Agresivitas

• Meningkatkan kesadaran akan kekerasan: Menekankan aspek kekerasan yang menjijikkan dapat membantu mencegah agresi.
• Mengajarkan aturan moral: Mengajarkan aturan moral yang tidak dapat dinegosiasikan dapat mengurangi perilaku agresif.

Narasi Dominan tentang Agresivitas

• Agresivitas sering dikaitkan dengan kegagalan kontrol diri.
• Agresi reaktif: Perilaku agresif yang muncul sebagai reaksi terhadap provokasi.
• Agresi proaktif: Perilaku agresif yang direncanakan dan 'dingin' untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembedaan Agresi Reaktif dan Proaktif

• Keduanya bukan soal kontrol diri atau tidak.
• Agresi proaktif menunjukkan adanya perilaku agresif yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Contoh Skala Agresivitas

• Reactive - Proactive Aggression Questionnaire (Raine et al, 2006): Mengukur kecenderungan agresi reaktif dan proaktif.
• Impulsive/Premeditated Aggression Scale (Stanford et al, 2003): Mengukur kecenderungan agresi spontan dan direncanakan.