Rangkuman Pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 8 PDF

Summary

This document is a summary of Catholic Religion and Moral Education lessons for 8th grade. It covers the topics of Jesus Christ's personality, and the humanity and divinity of Jesus.

Full Transcript

Rangkuman Pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 8 Bab I Pribadi Yesus Kristus A. Yesus Pemenuhan Janji Allah Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa janji dimenger...

Rangkuman Pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 8 Bab I Pribadi Yesus Kristus A. Yesus Pemenuhan Janji Allah Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa janji dimengerti sebagai ucapan yang menyatakan kesediaan/kesanggupan untuk berbuat (memberi, bertemu, menolong). Ada banyak alasan orang mengikat janji, karena alasan rasa cinta, ingin membahagiakan orang lain, ingin mewujudkan suatu cita-cita, ada pula yang karena rasa tanggung jawab. Janji yang telah diikrarkan mengandung konsekuensi usaha untuk memenuhi janji tersebut. Kadang untuk memenuhi janji diperlukan perjuangan. Janji yang terwujud akan membahagiakan diri sendiri maupun orang lain yang terlibat dalam janji tersebut. Janji yang ditepati menjadikan orang lain percaya, sedangkan janji yang diingkari dapat menjadikan orang lain tidak percaya bahkan terjadi perselisihan, ketidaktenteraman, ketidaksenangan dll. Allah juga pernah mengungkapkan janjiNya kepada manusia. Hal ini terjadi ketika manusia pertama (Adam dan Hawa) diusir dari Taman Eden. Janji Allah tersebut diungkapkan kembali oleh para nabi antara lain nabi Yesaya (Yes. 7:1-14) “Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia Imanuel (ay. 14). Imanuel (artinya Tuhan beserta kita) merupakan nama lain dari Yesus. Dalam konteks Yesus Memenuhi Janji Allah maka Yesus merupakan subjek pemenuhan janji Allah kepada manusia. Maka Allah mengutus putraNya untuk mengembalikan hubungan manusia dengan Allah yang telah rusak akibat dosa. Karya Yesus selama hidupNya, sengsara, wafat di kayu salib dan kebangkitan Yesus merupakan puncak penebusan dan merupakan pemenuhan janji Allah. Sengsara, wafat di kayu salib dan kebangkitan yang dialami Yesus merupakan penebusan dosa bagi manusia untuk mengembalikan hubungan manusia dengan Allah yang rusak akibat dosa. Dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus manusia diselamatkan dari penderitaan akibat dosa. Maka Yesus merupakan pemenuhan janji Allah B. Kemanusiaan dan Ke-Allahan Yesus Pada Kejadian 1: 26-28 disebutkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah atau manusia diciptakan secitra dengan Allah. Maka dalam diri manusia terdapat dua dimensi yaitu dimensi kemanusiaan dan dimensi keallahan. Artinya dalam diri manusia terdapat sifat-sifat Allah dan unsur kemanusiaan. Kedua dimensi ini tidak dapat dipisahkan. Pada diri Yesus, tampak sempurna bahwa Ia sungguh manusia dan sungguh Allah. Walaupun Ia adalah Allah tetapi solider terhadap kehidupan manusia. Dimensi kemanusiaan Yesus tampak dalam kenyataan berikut: 1. Yesus hidup dalam sejarah manusia sebagaimana manusia pada umumnya. Yesus memiliki silsilah dalam keluarganya, Yesus dilahirkan oleh manusia (Maria) (Mat 1:1-17) nenek moyang Yesus adalah Abraham. 2. Yesus berjenis kelamin laki-laki (Luk. 2:1-7) 3. Ia bekerja mencari nafkah dengan bekerja sebagai tukang kayu (Mark 6 :3) 4. Yesus mengenal sukacita, sedih, lapar, haus, letih, takut, tertawa, dan menangis 5. Yesus bergaul dan bertemu dengan orang lain. Akhirnya Ia mengalami nasib seperti manusia, Ia meninggal (Mat 27:50) Dimensi keallahan Yesus tampak dalam kenyataan berikut 1. Injil Yohanes menyebut bahwa Yesus itu adalah firman yang menjadi manusia (Yoh. 1:1-14) 2. Pernyataan malaikat (Luk 2:8-20) “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan di kota Daud” 3. Kesaksian Yesus akan keallahanNya yang menunjuk bahwa Ia adalah Allah misalnya “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30), “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:9) 4. Kesaksian Yesus mengenai keallahan melalui tindakan dan mukjizat misalnya, Yesus menggandakan roti (Yoh 6:1-15), menyembuhkan orang buta, membangkitkan orang mati, Ia mengatasi alam maut ketika Ia naik ke surga (Luk 24:50-53) 5. Pernyataan para murid tentang keallah Yesus misalnya: ketika Yesus bertanya “Apa katamu siapakah Aku ini?” jawab Petrus “Engkau adalah Mesias Anak Allah yang hidup” (Mat 16: 15-16). Thomas berkata “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28) Makna kemanusiaan dan keallahan Yesus. Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia berarti ▪ Allah yang menjelma menjadi manusia ▪ Allah yang mengambil kodrat sebagai manusia kecuali dalam hal dosa ▪ Menunjukkan kepada manusia bahwa Allah pengasih ▪ Allah yang turun ke dunia merasakan suka-duka manusia ▪ Allah yang solider dengan manusia Kemanusiaan Yesus tersebut dimaksudkan supaya karya keselamatan yang dilakukan Yesus mudah dipahami manusia Dengan memahami Yesus sungguh manusia sekaligus Allah maka kita dipanggil untuk meneladan cintaNya. Walaupun Yesus sungguh Allah, Ia tidak meninggikan diriNya, Ia turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia Sikap rendah hati, solider, bela rasa yang dilakukan Yesus kepada manusia ini patut menjadi semangat yang menjiwai seluruh hidup orang yang percaya kepadaNya. Bab II Yesus Mewartakan Kerajaan Allah A. Kerajaan Allah sebagai Pokok Pewartaan Yesus Paham Kerajaan Allah Konsep Kerajaan Allah telah ada jauh sebelum Yesus lahir (perjanjian lama). ▪ Orang Israel (Yahudi) menyebut Allah sebagai Yahwe/Raja. Bangsa Israel mengimani Allah sebagai Raja yang kuat, yang berkuasa dan berdaulat. Paham itu didasari dari pengalaman bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan di Mesir dengan menyeberangi Laut Merah. (lih. Kel. 15:11-13; Ul 3:24; Bil 23: 21 dst). ▪ Sebagai Raja, Allah adalah raja yang adil (Mz. 146:6-10) yang melindungi nasib orang miskin ▪ Kekuasaan Allah sudah ada jauh sebelum bangsa Israel menjadi sebuah bangsa (mz. 74:12) ▪ Allah adalah raja yang mulia (Mz 24;8;10) ▪ Allah adalah raja yang berkuasa atas seluruh bumi (Mz 47:8) ▪ Allah adalah raja yang berkuasa untuk selama-lamanya (Mz 29:10) Namun demikian pengakuan iman bangsa Israel terhadap Tuhan tersebut tidak tampak dalam tindakan hidup sehari-hari. Sebagai bangsa terpilih mereka sering menjauh dari Allah. Hidup mereka tidak “dikuasai” oleh sang raja. Mereka sering tidak setia kepada Allah sang Raja yang selama ini setia kepada mereka. Akibat kedosaan itu menyebabkan mereka mengalami pembuangan dan perbudakan. Bukan Allah yang membuang mereka melainkan dosa merekalah yang menyebabkan dijajah bangsa lain. Selama bangsa Israel dalam masa pembuangan itulah para nabi diutus Allah untuk mewartakan kehendak Allah bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka hidup tertindas oleh bangsa lain. Para Nabi menegaskan bahwa Akan tiba saatnya Allah membela mereka, Allah akan membangun dunia baru, tatanan baru, dengan hati yang baru (Yeh 36:24-28) dengan perjanjian baru (Yer 31:31-34). Dunia baru itu adalah dunia yang terbuka untuk semua bangsa (Yes 2:1-5; 19:16-25). Dalam dunia baru itu Allah akan menegakkan kembali pemerintahaNya melalui anakNya sendiri. Melalui kekauasaanNya yang besar Ia akan menegakkan kembali damai sejahtera sebagaimana dialami masa pemerintahan Daud, karena Ia mendasarkan pemerintahanNya pada keadilan dan kebenaran (Yes 9:6) Paham Kerajaan Allah pada Zaman Yesus Pada zaman Yesus bangsa Israel dalam situasi penjajahan bangsa Romawi. Rakyat sepenuhnya diperintah oleh raja-raja dan pejabat yang sepenuhnya dibawah kekuasaan bangsa Romawi. Situasi seperti itu memungkinkan munculnya kelompok-kelompok masyarakat Yahudi yang bekerja sama dengan penjajah, ada pula kelompok yang mengadakan perlawanan. Kelompok yang bekerjasama dengan pemerintah Romawi adalah para tuan tanah dan para imam. Tujuan mereka bekerjasama dengan pemerintah Romawi adalah untuk pemenuhan kesejahteraan kehidupan mereka. Demi kedudukan dan keinginan untuk hidup sejahtera maka mereka mentaati apa yang diminta dan diperintahkan oleh penguasa. Bahkan mereka tidak segan-segan memeras rakyatnya sendiri yang miskin. Mereka membebani orang-orang miskin dengan berbagai macam pajak dan pungutan, tetapi sebagian besar pungutan itu dikorupsi untuk kepentingan mereka sendiri. Para imam yang hidupnya mengurusi peribadatan di bait allah/sinagoga pun ikut mencari keuntungan untuk kepentingan pribadi. Ibadat seolah-olah dijadikan ajang bisnis, misalnya dengan menentukan patokan persembahan yang sangat membebani masyarakat. Kekacauan, kemiskinan, pemerasan, dan kebobrokan moral para pejabat yang korup dan tidak bermoral, ketidakadilan dan penindasan yang sudah berlangsung bertahun-tahun sangat menekan kehidupan masyarakat Yahudi saat itu. Pada situasi seperti itu mereka merindukan seorang tokoh yang dapat membebaskan mereka dari segala bentuk penderitaan yang mereka alami. Kerinduan akah datangnya sang pembebas tersebut memunculkan berbagai paham mengenai Kerajaan Allah. Karena itu pada Zaman Yesus ada berbagai paham mengenai Kerjaan Allah. 1. Kerajaan Allah yang bersifat Politis. Beranggapan bahwa Kerajaan Allah yang damai dan sejahtera hanya akan terwujud bila Allah tampil sebagai seorang tokoh politik yang dengan gagah berani mampu memimpin bangsa Israel melawan penjajah Romawi dan para penindas rakyat. 2. Kerajaan Allah yang Bersifat Apokaliptis Merupakan kelompok masyarakat Yahudi yang percaya akan datangnya penghakiman Allah. Mereka memandang Kerajaan Allah akan tercapai bila Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan menggoncangkan kekuatan-kekuatan langit dan bumi. Kerajaan Allah terwujud pada akhir zaman, pada saat itulah Allah akan membangkitkan suatu dunia baru. Maka mereka menganggap penderitaan yang dialami saat ini, bukan akhir segala-galanya, kelak pada akhir zaman Allah akan menegakkan Kerajaan-Nya dan membebaskan manusia dari segala penderitaan. 3. Paham Kerajaan Allah yang Bersifat Yuridis-Religius Saat ini, Allah sudah meraja secara hukum. Sedangkan pada akhir zaman Allah menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan menghakimi seluruh bangsa. Mereka memandang Hukum Taurat sebagai wujud Kekuasaan Allah yang mengatur manusia. Maka mereka yang sekarang taat kepada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan yang dituntut dalam hukum Taurat mereka tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Mesias sebagai tokoh agama yang mampu menegakkan hukum Taurat. Inilah paham Kerajaan Allah yang diyakini oleh para tokoh agama Yahudi yakni Para Imam dan Ahli Taurat. Bagaimana pandangan Yesus sendiri tentang Kerajaan Allah? PANDANGAN YESUS TENTANG KERAJAAN ALLAH Bagi Yesus Kerajaan Allah itu untuk semua orang tanpa ada pembedaan. Kerajaan Allah diperuntukan bagi orang baik maupun jahat, kaya maupun miskin, tinggi maupun rendah, pejabat maupun bawahan, pengusaha maupun petani, orang suci maupun berdosa, imam maupun umat. Alasannya adalah bahwa Kerajaan Allah terwujud bila orang jahat maupun baik dapat hidup berdampingan dan dengan penuh kasih serta kesabaran, menolong yang jahat menjadi baik. Tindakan Yesus seperti ini telah menjungkirbalikkan tatanan hidup orang Yahudi yang telah mapan. Tindakan Yesus seperti apa yang menyebabkan kecemasan orang Yahudi? 1. Terhadap para pendosa Bagi orang Yahudi dosa menular, orang berdosa tidak boleh bergaul dengan orang saleh, orang berdosa harus diasingkan, orang berdosa tidak layak tinggal di masyarakat. Semua hal itu dilanggar oleh Yesus, Yesus bergaul dengan orang berdosa, pemungut pajak, koruptor, Yesus bergaul dengan orang Samaria yang dianggap kafir, Yesus bergaul dengan Maria Magdalena yang idanggap berdosa 2. Sikap terhadap para perempuan Orang Yahudi beranggapan bila wanita itu penggoda Laki-laki tidak boleh bergaul dengan perempuan yang tidak dikenal, guru agama tidak boleh bergaul dengan perempuan yang tidak dikenalnya. Terkait hal-hal seperti ini Yesus bergaul dengan siapa saja baik laki-laki maupun perempuan, baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenalnya. Tindakan Yesus ini jelas bahwa Yesus tidak hanya mewartakan Kerajaan Allah, tetapi juga mewujudkan Kerjaan Allah. Tindakan Yesus itulah sebagai wujud pewartaan Kerjaan Allah. Mukjizat sebagai tanda kehadiran Allah Dengan membuat mukjizat Yesus memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah. Mukjizat yang dilakukan Yesus juga menjadi tanda tergenapinya nubuat para nabi tentang Mesias yang telah ditunggu-tunggu kehadirannya oleh orang Yahudi. 1. Yesus membangkitkan anak janda di Nain (Luk. 7:11-17) Melalui mukjizat ini Yesus menunjukkan bahwa Allah berkuasa terhadap kehidupan dan kematian. Melalui mukjizat ini Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah mesias yang dinanti 2. Yesus meredakan angin ribut (Mat 8: 23-27) Yesus menunjukkan bahwa Allah berkuasa terhadap alam semesta, tidak ada kekuatan lain yang mampu mengalahkan kekuatan Allah, semua ciptaan harus tunduk pada kekuatan Allah. 3. Yesus mengusir roh jahat (mark 1: 21-28) Menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas roh-roh yang ada. Roh jahat mempunyai sifat menghancurkan, sedangkan roh Allah merupakan roh kebenaran, dan kebahagiaan bersama Allah. B. Yesus Mewartakan Kerajaan Allah melalui Perumpamaan Perumpamaan adalah penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa imajinatif, kiasan simbolis, atau perbandingan. Orang yang mendengar sebuah perumpamaan diharapkan mampu menangkap pesan dibalik perumpamaan tersebut. Demikian juga Yesus, dengan menggunakan perumpamaan orang yang mendengarkan ajaran-Nya diharapkan dapat lebih mudah mengerti, memahami, dan melaksanakan ajaran-Nya dalam kehidupan nyata. Perumpamaan yang dipakai Yesus untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah biasanya diambil dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Kalau pendengarnya sebagian besar para petani maka dalam mewartakan Kerajaan Allah Yesus menggunakan perumpamaan biji sesawi, lalang di antara gandum, pembajak sawah, penabur benih dan sebagainya. Kalau berhadapan pendengarnya nelayan maka Yesus menggunakan perumpamaan pukat, jala, dan sebagainya. Meski demikian perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus diharapkan dapat diambil pesannya oleh siapapun yang mendengarnya. “Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengar” (Mat 13:45; lih. Luk 14:35). Orang yang mendengarkan perumpamaan Yesus diharapkan mampu menafsirkan, menanggapi, dan mengambil sikap sendiri. Beberapa contoh perumpamaan yang digunakan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah adalah sebagai berikut: 1. Perumpamaan Seorang Penabur (Mark 4:3-8,13-20) Perumpamaan ini hendak menjelaskan bahwa dalam karya Yesus untuk menegakkan Kerajaan Allah betapapun ada kegagalan, karya-Nya itu akan menghasilkan buah panen yang berlimpah, melebihi apa yang diperkirakan manusia. Oleh karena itu pengikut Yesus tidak perlu berkecil hati dan mudah putus asa bila mengalami berbagai kegagalan. 2. Perumpamaan tentang Benih yang Tumbuh (Mrk 4:26-29) Perumpamaan ini hendak mengatakan bahwa Kerajaan Allah seumpama benih yang sudah ditaburkan, lalu ia akan tumbuh sendiri, bahkan petani sering tidak mengetahui kapan ia akan bertunas atau kapan akan ke luar bunga dan kapan persisnya buah terbentuk. Demikian pula tumbuhnya Kerajaan Allah sering tidak bisa diamati pasti, tergantung sepenuhnya pada Allah, bukan usaha manusia. Bahkan, manusia tidak memaksa supaya cepat, atau memperlambat pertumbuhannya. Pada saatnya yang tepat Allah sendiri yang akan menegakkan Kerajaan Allah. 3. Perumpamaan tentang Lalang di antara Gandum (Mat 14:24-30) Kerajaan Allah yang diwartakan dan ditawarkan oleh Yesus kepada semua orang. Untuk tegaknya Kerajaan Allah tidak harus dengan cara segera menghabisi yang jahat, melainkan memberi kesempatan mereka untuk bertobat, sebab Kerajaan Allah sendiri yang akan menghakimi mereka, bukan manusia. Allah mencintai dan menghendaki semua manusia yang baik dan yang jahat. Tegaknya Kerajaan Allah justru terjadi bila yang baik dan yang jahat bisa hidup bersama dan dengan penuh kesabaran serta kasih mendorong yang jahat menjadi baik. 4. Perumpamaan tentang Pukat (Mat 13:47-50) Kerajaan Allah itu bagaikan pukat, yang ketika ditebarkan akan mendapatkan bermacam-macam ikan, ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang beracun dan tidak. Demikian pula, dalam Kerajaan Allah dikembangkan sikap tidak mudah menghakimi orang lain, merasa diri yang paling baik dan paling layak menjadi warga Kerajaan Allah, dan yang lain dengan segala kejahatannya dianggap tidak layak masuk Kerajaan Allah. Biarlah Allah sendiri yang memilah-milah antara yang baik dan yang tidak baik. 5. Perumpamaan tentang Harta Terpendam dan Mutiara Berharga (Mat 13:44-46) Demi Kerajaan Allah, manusia harus memandang Allah sebagai harta yang paling berharga. Untuk itu ia harus berani meninggalkan segala miliknya yang selama ini dianggap paling berharga dalam hidupnya. Hidup dalam Kerajaan Allah adalah hidup yang penuh suka cita, sekalipun untuk mencapainya seseorang harus berani meninggalkan segalanya. C. Yesus Mewartakan Kerajaan Allah melalui Tindakan dan Mukjizat Yesus bukan saja berbicara tentang Kerajaan Allah, tetapi juga memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah dengan tindakan-tindakan-Nya. Memang ada kesatuan antara Sabda dan karya-Nya. Ia tampil sebagai nabi, tetapi juga sebagai tabib. Unsur hakiki nabi dan tabib, masing-masing mewakili unsur perkataan dan perbuatan, yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dalam hidup Yesus. Kesatuan antara Sabda dan karya Yesus itu bersifat sedemikian rupa sehingga kebenaran perkataan Yesus itu tampak dalam perbuatan-Nya dan arti perbuatan Yesus diberitahukan dalam perbuatan-Nya. 1. Tindakan Yesus Menyatakan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus tidak ditujukan pada kelompok atau golongan tertentu, tetapi ditujukan untuk semua orang. Ia merangkul semua orang yang baik maupun yang jahat agar dapat merasakan keselamatan. Tegaknya Kerajaan Allah justru terjadi bilamana yang baik maupun yang jahat dapat hidup berdampingan dalam kebersamaan dan dengan penuh kesabaran serta kasih mendorong yang jahat menjadi baik. Bukan malah mengucilkan yang jahat dan berdosa. Maka Yesus dekat dengan sesama-Nya, Ia juga sangat terbuka kepada semua orang. Ia bergaul dengan semua orang. Ia tidak mengkotak-kotakkan dan membuat kelas-kelas di antara manusia. Yesus tidak mau merangkul hanya sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang lainnya. Ia akrab dengan semua orang. Bahkan Yesus mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa (lih. Luk 7:36-50, 19:1-10). Sikap Yesus yang mau bergaul dengan orang-orang yang berdosa dan najis amat tidak sesuai dengan adat sopan-santun dan peraturan agama yang berlaku pada saat itu. Yesus telah menjungkirbalikkan peraturan-peraturan yang telah mapan. Bagi orang Yahudi pada umumnya yang masih memegang kuat tradisi mereka, sikap Yesus yang seperti itu tidak bisa dibiarkan dan tidak bisa ditolerir, karena dianggap akan mengganggu, merusak dan membahayakan tatanan hidup yang sudah mapan. a. Sikap Yesus terhadap Kaum Pendosa Bagi orang Yahudi dosa itu menular seperti kuman, tinggal serumah dengan orang jahat, apalagi makan bersama dengan mereka berarti kena dosa itu sendiri, menjadi orang berdosa. Maka seorang yang saleh tidak boleh bergaul dengan yang tidak saleh. Seorang Yahudi akan rusak namanya kalau berhubungan dengan seorang kafir. Kaum pendosa harus dijauhi, disingkirkan dan dikucilkan. Mereka dianggap tidak layak hidup di tengah-tengah masyarakat pada umumnya. Dan Yesus? Ia telah melanggar semua peraturan dan adat. Ia bergaul dengan para pegawai pajak yang dianggap umum sebagai koruptor dan pemeras. Ia bertemu dan menyapa orang-orang setengah kafir seperti bangsa Samaria, mendatangi negeri-negeri orang kafir dan berbicara akrab dengan mereka (Mat 15:21-28). b. Sikap Yesus terhadap Wanita Anggapan masyarakat Yahudi adalah bahwa wanita itu penggoda. Oleh karenanya orang laki-laki, terlebih seorang guru agama tidak boleh berbicara dengan seorang perempuan yang belum dikenalnya. Bagaimana sikap Yesus? Ia bergaul bebas dengan wanita. Bahkan ada wanita wanita tertentu yang tetap mengikutiNya kemanapun Dia pergi. Yesus juga menyapa dan bergaul dengan wanita-wanita kafir yang belum dikenal-Nya seperti wanita Samaria. Ia tidak saja bergaul dengan sembarang wanita, tetapi juga berusaha dan membela wanita-wanita sundal yang tertangkap basah (Yoh 8:1-11). Dari contoh-contoh di atas menjadi jelas bagi kita bahwa Yesus tidak hanya mewartakan Kerajaan Allah, melainkan mewujudkannya melalui tindakan-Nya. Jika Kerajaan Allah adalah situasi dimana semua orang dikasihi Allah, dimana semua orang tidak tersekat-sekat oleh jurang antara kaya dan miskin; maka Yesus menunjukkan hal itu dengan bergaul dengan siapa saja, terutama dengan mereka yang miskin dan berdosa yang selama ini disingkirkan oleh masyarakat. Yesus mau makan bersama dengan Zakheus dan bergaul dengan lewi pemungut cukai yang dipandang oleh orang-orang Yahudi sebagai orang-orang berdosa. Kalau Allah yang meraja adalah Allah yang memerintah dengan penuh pengampunan. Maka Yesus pun mengampuni orang berdosa. Ia tidak takut menjadi najis. Yesus tahu bahwa hanya dengan dikasihi orang-orang berdosa akan bertobat, sebagai mana nampak dalam cerita wanita yang ketahuan berbuat zinah (lih. Yoh 8:2-11). Masih banyak tindakan lain yang dilakukan oleh Yesus yang menunjukkan bahwa dalam diri Yesus sesungguhnya Allah sudah menunjukkan Diri sebagai Raja. 2. Mukjizat sebagai Tanda Kehadiran Allah. Dengan membuat mukjizat, Yesus memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah. Tanda-tanda mukjizat yang dilakukan Yesus memperlihatkan bahwa dalam diri Yesus genaplah nubuat para nabi tentang Mesias yang kedatangan-Nya telah dijanjikan kepada para leluhur Israel. Dengan membuat mukjizat, (dengan ”menjadikan segala-galanya baik” (Mrk 7:37)) Yesus menjelmakan pemerintahan Allah. Para pengarang Injil menceritakan mukjizat-mukjizat Yesus guna memaklumkan bahwa Yesus tidak hanya menyampaikan kabar yang menggembirakan itu, tetapi Ia sendirilah Kabar Gembira, “Injil”. Yesus sendirilah keselamatan, rahmat, dan penyembuhan bagi manusia yang sedang susah. Kalau begitu, pemerintahan Allah yang eskatologis itu betul-betul sedang mendobrak masuk ke dunia ini. ”...Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20). Beberapa contoh mukjizat yang dilakukan Yesus sebagai tanda Kehadiran Allah: a. Yesus Membangkitkan Anak Seorang Janda di Nain (Luk 7:11-17) Melalui mukjizat membangkitkan anak muda di Nain, Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia. Dengan melakukan itu Ia ingin menunjukkan bahwa Ia adalah Mesias, Penyelamat yang mereka nantikan. b. Yesus Meredakan Angin Ribut (Mat 8:23-27) Mukjizat yang dilakukan Yesus meredakan angin ribut, Yesus hendak menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas alam semesta. Tidak ada kekuatan lain yang mampu mengalahkan kekuatan Allah sendiri. Kekuasaan Allah mengatasi kekuatan apapun yang ada di dunia ini. Maka semua ciptaan harus tunduk pada kekuatan Allah. c. Yesus Mengusir Roh Jahat (Mrk 1:21-28) Dengan mengusir roh jahat, Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah lebih berkuasa dari roh-roh yang ada. Roh jahat selalu mengarahkan manusia pada perbuatan yang tidak dikehendaki Allah yang membawa kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan Roh Allah membawa manusia pada kebenaran dan kebahagiaan hidup bersama Allah. Sebagai Murid Yesus, kita harus mampu meneladani apa yang telah dilakukanNya, menyandarkan hidup kita kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan hidup kita. Dan kalau Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan belas kasih, kitapun juga mesti mampu berbuat belas kasih pada sesama terutama mereka yang menderita, yang tersingkirkan, dan kurang mendapat perhatian. 3. Contoh tindakan Yesus yang menunjukkan tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah. Pewartaan Kerajaan Allah yang dilakukan Yesus dilakukan dengan pengajaran dan perbuatan. Dalam mengajar tentang Kerajaan Allah Yesus banyak menggunakan perumpamaan. Perumpamaan dilakukan agar memudahkan pedengarnya memahami makna pengajaran Yesus. Selain dengan pengajaran Yesus mewartakan Kerajaan Allah dilakukan dengan tindakan. Tindakan yang dibuat Yesus misalnya dengan menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, atau dengan membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan misalnya dalam perkawinan di Kana Yesus mengubah air menjadi anggur karena dalam pesta perkawinan itu kehabisan anggur. Atau Yesus memberi makan para pengikutnya yang membutuhkan makanan dengan menggandakan lima roti dan dua ikan. Hal-hal itu dilakukan Yesus dengan membuat mukjizat. Dengan melakukan mukjizat, Yesus memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah. Ia sendirilah Mesias yang dinantikan. Yesus tidak hanya menyampaikan kabar yang menggembirakan itu, tetapi Ia sendirilah Kabar Gembira, ”Injil”. Yesus sendirilah keselamatan, rahmat, dan penyembuhan bagi manusia yang sedang susah. 4. Makna tindakan Yesus sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah. a. Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus tidak ditujukan pada kelompok atau golongan tertentu, tetapi ditujukan untuk semua orang. Ia merangkul semua orang yang baik maupun yang jahat agar dapat merasakan keselamatan. Yesus tidak mau merangkul hanya sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang lainnya. Ia akrab dengan semua orang. Bahkan Yesus mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa. b. Yesus tidak hanya mewartakan Kerajaan Allah, melainkan mewujudkannya melalui tindakan-Nya. Jika Kerajaan Allah adalah situasi dimana semua orang dikasihi Allah, dimana semua orang tidak tersekat-sekat oleh jurang antara kaya dan miskin; maka Yesus menunjukkan hal itu dengan bergaul dengan siapa saja, terutama dengan mereka yang miskin dan berdosa yang selama ini disingkirkan oleh masyarakat. c. Sebagai Murid Yesus, kita harus mampu meneladani apa yang telah dilakukanNya, menyandarkan hidup kita kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan hidup kita. Dan kalau Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui tindakan belas kasih, kitapun juga mesti mampu berbuat belaskasih pada sesama terutama mereka yang menderita, yang tersingkirkan dan kurang mendapat perhatian. 5. Menjelaskan arti mukjizat. Menurut https://www.katolisitas.org/tentang-mukjizat/ Mukjizat adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kodrat alam karena efeknya melampaui kekuatan/ kemampuan makhluk ciptaan. Oleh karena efeknya yang melampaui kekuatan kodrati maka mukjizat disebut sebagai sesuatu hal yang adikodrati, yang melibatkan adanya campur tangan Ilahi. Tuhanlah yang menjadi penyebab mukjizat; mukjizat terjadi karena sesuai dengan rencana penyelenggaraan Tuhan (St. Thomas Aquinas, Contra Gentiles, III, xcviii). Tujuan mukjizat. Tujuan utama mukjizat adalah untuk menunjukkan kemuliaan Tuhan. Di Perjanjian Baru, kebesaran dan kemuliaan Tuhan dinyatakan pada kisah mukjizat di Kana, (lih. Yoh 2), pada saat Yesus menyembuhkan banyak orang sakit (Mat 9:8, Luk 18:43, Mat 15:31, Luk 19:37, Kis 4:21, dst), dan pada saat membangkitkan Lazarus (lih. Yoh 11). Yesus melakukan mukjizat- mukjizat tersebut bukan agar dikagumi orang, melainkan karena dorongan belas kasih-Nya terhadap manusia yang berdosa dan menderita. Dalam hal misi penyelamatan-Nya, dengan melakukan mukjizat-mukjizat, Kristus membuktikan bahwa Ia adalah Tuhan dan Penguasa alam semesta. Mukjizat-Nya yang terbesar adalah kebangkitan-Nya dari kematian, agar kita yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal (lih 1 Pet 1:3) 6. Mukjizat-mukjizat yang dibuat Yesus berdasarkan Kitab Suci. Penyembuhan orang sakit ▪ Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus (Lukas 4:38-41) ▪ Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Lukas 5:12-16) ▪ Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Lukas 5:17-26) ▪ Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Lukas 6:6-11) ▪ Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air (Lukas 14:1-6) ▪ Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta (Lukas 17:11-19) ▪ Yesus menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho (Lukas 18:35-43) ▪ Yesus menyembuhkan telinga Malkhus yang putus (Lukas 22:50-51) Pengusiran setan ▪ Yesus mengusir roh jahat di Kapernaum (Markus 1:23-28) ▪ Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit (Lukas 9:37-43a) ▪ Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Lukas 8:26-39) ▪ Yesus menyembuhkan perempuan bungkuk yang dirasuk roh(Lukas 13:10-17) Mengendalikan alam ▪ Yesus meredakan angin ribut (Lukas 8:22-25) Kuasa atas kematian ▪ Yesus membangkitkan anak muda di Nain (Lukas 7:11-17) ▪ Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Lukas 8:40-56) Bab III Panggilan dan Perutusan Murid Yesus A. Panggilan Para Murid Yesus Mendapat panggilan dari orang lain dapat menjadi pengalaman yang biasa-biasa saja, tetapi juga dapat menjadi pengalaman yang istimewa bagi kita, tergantung dari siapa yang memanggil. Kalau yang memanggil adalah tokoh-tokoh ternama, orang-orang yang memiliki pengaruh, memiliki kewibawaan, dan bukan orang yang biasa, maka pengalaman panggilan itu akan menjadi pengalaman yang istimewa dan luar biasa. Tetapi jika panggilan itu datangnya dari orang biasa maka juga akan menjadi pengalaman yang biasa dan kurang memberi kesan yang mendalam dalam hati. Demikian pula dalam menanggapi panggilan dapat memunculkan berbagai ragam sikap; ada yang langsung menanggapi, ada yang bersikap acuh bahkan ada yang secara tegas menolak panggilan tersebut. Kisah para murid Yesus dapat menjadi bahan refleksi bagi kita dalam menanggapi panggilan Yesus. Injil Matius 4:18-22 menceritakan ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia. Injil Lukas 5:27-32, menceritakan panggilan Lewi pemungut cukai. Ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersamasama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Mencermati kisah panggilan murid Yesus dari kedua kutipan Injil tersebut, maka akan ditemukan beberapa hal yang penting. Pertama, panggilan selalu diawali dari Yesus, Yesuslah yang mengambil inisiatif yang pertama. Kedua, ketika Yesus memanggil mereka, serta merta mereka menanggapinya secara spontan, tidak ada sedikitpun keraguan dalam menanggapi panggilan Yesus. Tanpa berpikir panjang mereka segera meninggalkan pekerjaannya bahkan keluarganya untuk segera mengikuti Yesus. Ketiga, mereka yang dipanggil oleh Yesus bukan orang-orang kaya dan mapan kehidupannya, bukan para pejabat atau penguasa, melainkan para nelayan, orang yang hidupnya sederhana bahkan cenderung kekurangan dan orang-orang yang dianggap berdosa. Keempat, ketika mereka mendapat panggilan Yesus, mereka rela meninggalkan segala-galanya, pekerjaan bahkan keluarganya. Mereka mengikuti Yesus tanpa bertanya-tanya, tanpa meminta jaminan lebih dahulu. Mereka begitu mempercayai Yesus. Ini merupakan peristiwa yang sangat luar biasa, karena sebelumnya mereka tidak mengenal siapa Yesus. Ketika memanggil murid-murid-Nya memang Yesus tidak menentukan syarat apapun. Tetapi dalam berbagai pengajaran-Nya, Yesus menyampaikan beberapa persyaratan itu. “Setiap orang yang mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku” (lih. Mat 16:24-26). Orang yang mau mengikuti Yesus harus mengambil sikap yang mantap, tidak terlalu banyak pertimbangan, tidak terikat dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang menjadi tugasnya selama ini. Mereka juga harus berani melepaskan keterikatan dengan keluarga. Keluarga memang penting, tetapi jangan sampai kecintaan pada keluarga menjadi penghalang untuk bersikap terbuka pada sesama yang lain (lih. Luk 9:57-62). B. Cara Hidup Murid Yesus Manusia adalah makhluk sosial. Tidak seorang pun dapat hidup sendiri. Kehadiran orang lain mutlak diperlukan sehingga memungkinkan manusia dapat berkembang secara utuh. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri, maka hidup dalam kebersamaan dengan orang lain merupakan kebutuhan dasar setiap orang. Dalam kebersamaan dengan orang lain setiap orang dapat saling membantu, saling berbagi, saling menguatkan dan saling mengembangkan kepribadiannya. Hidup dalam kebersamaan dengan orang lain akan bertahan dan berkembang dengan baik kalau setiap orang saling menghargai, peduli satu sama lain, adanya sikap rela berkorban dan saling mengasihi. Sebaliknya hidup dalam kebersamaan dengan orang lain akan hancur kalau setiap orang bersikap egois, mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama, sikap kurang bertanggung jawab, kurangnya rasa memiliki persekutuan, kurang jujur satu sama lain. Bagaimanakah cara hidup murid-murid Kristus? Dalam Kitab Suci, cara hidup murid Kristus dalam kehidupan bersama atau persekutuan dapat kita refeksikan dari kehidupan Jemaat Perdana, sebagaimana dikisahkan dalam Kis 4:32-37 dan Kis 2:41- 47. Dalam kehidupan mereka, tampak beberapa hal berikut: ▪ Pertama, Roh Kuduslah yang mempersatukan mereka dalam persekutuan murid murid Kristus dalam persaudaraan sehati dan sejiwa, segala sesuatu adalah kepunyaan bersama dan mereka hidup dalam kasih karunia yang berkelimpahan, tidak ada dari mereka yang kekurangan. ▪ Kedua, setiap anggota persekutuan adalah sesama yang sederajat, tidak ada yang merasa lebih rendah dan lebih tinggi. Mereka hidup saling peduli dan saling memenuhi. Tidak ada pembedaan antara kaya dan miskin. ▪ Ketiga, adanya kepemimpinan yang mampu melayani dan mampu memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus di tengah-tengah mereka. ▪ Keempat, mereka bertekun dalam pengajaran para rasul, dan berkumpul di Bait Allah. ▪ Kelima, mereka secara bergilir mengadakan Perjamuan Kudus dan senantiasa bersuka cita dan tulus hati, sambil memuji Allah. Dengan dinamika hidup ini, Jemaat Perdana membangun kehidupan secara utuh dalam kerangka hidup sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus. Iman mereka tidak hanya berhenti dalam kehidupan peribadatan semata, melainkan juga bergerak dalam dinamika intelektual (dengan mendengarkan ajaran Para Rasul) dan dalam dinamika tindak kepedulian kepada sesama yang konkret. Dinamika hidup yang dikembangkan dalam kehidupan bersama Jemaat Perdana ternyata menjadi daya tarik bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Cara hidup yang demikian mampu menyentuh hati, mewarnai dan menggerakkan kehidupan orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka disukai banyak orang. Melalui cara hidup mereka, persekutuan Jemaat Perdana justru tidak hanya menjadi komunitas yang eksklusif yang hanya bertumbuh untuk dirinya. Persekutuan Jemaat Perdana justru menjadi komunitas C. Melaksanakan Tugas Perutusan sebagai Murid Yesus Seseorang yang terpilih menjadi utusan biasanya akan muncul perasaan bangga, perasaan dihargai atau dihormati, tetapi ada juga kemungkinan seseorang menolak karena merasa berat, merasa tidak mampu, merasa tidak percaya diri takut akan gagal dan sebagainya. Dari pihak yang mengutus, dalam menetapkan utusan tentu saja sudah memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya: karena sudah mengenal pribadi dan kemampuan orang yang diutusnya sehingga orang yang mengutusnya menaruh kepercayaan yang besar terhadap orang yang diutusnya. Dari pihak orang yang diutusnya mau menerima tugasnya karena dia memiliki keyakinan bahwa orang yang mengutusnya akan selalu membantu, mendampingi dan menjamin dirinya ketika dia melaksanakan tugas tersebut. Sebagai murid Tuhan Yesus, kita mendapat tugas perutusan mewartakan Kabar Gembira tentang datangnya Kerajaan Allah. Datangnya Kerajaan Allah berarti datangnya kedamaian, kerukunan, persaudaraan, keadilan, dan cinta kasih. Untuk itu marilah kita berusaha memahami Makna Tugas Perutusan Murid Yesus dan bagaimana Melaksanakan Tugas Perutusan Murid Yesus dalam Hidup Sehari-hari. 1. Makna Tugas Perutusan Murid Yesus Yesus menghendaki agar khabar gembira keselamatan yang dibawa-Nya dapat diketahui oleh semua orang. Meskipun Ia dapat melakukan sendiri, Yesus tidak mau bekerja sendirian dalam mewartakan Kerajaan Allah, karena pewartaan Kerajaan Allah menjadi tanggung jawab bersama, maka Ia mengutus para muridNya, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21b). Sabda Yesus ini berarti bahwa sabda dan tindakan Yesus harus dilanjutkan oleh para murid-Nya, yakni semua orang yang mengikuti Yesus, termasuk kita. Para rasul, sebagai murid-murid Yesus, melaksanakan dengan tekun tugas perutusan dari Yesus itu. Di mana-mana mereka mewartakan datangnya Kerajaan Allah. “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” (Mrk 16:20). Berkat penyertaan Roh Kudus, pewartaan mereka diterima dengan hati terbuka oleh mereka yang mendengarkan. Dan Paulus melaksanakan tugas ini dengan penuh semangat. Keyakinannya diungkapkan dengan sangat tegas, “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil!” (1Kor 9:16). Jika dikatakan bahwa datangnya Kerajaan Allah berarti pengakhiran kemiskinan dan penghapusan kemalangan. Hal ini merupakan suatu perjuangan tanpa henti dan di manapun oleh seluruh murid Yesus. Suatu perjuangan baik dengan kata maupun perbuatan, yang mengupayakan keselamatan bagi semua orang. Seperti tampak dalam perintah Yesus, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20). Siapa pun yang mengikuti Yesus, dipanggil untuk menghadirkan keselamatan di mana mereka tinggal, dan di tempat mereka bekerja. Karena masing-masing dibekali dengan karunia-karunia untuk menjadi saksi dan sarana keselamatan. Seperti dikatakan Paulus,“Kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.” (Ef 4:7). “Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengahtengah serigala.” (Luk 10:3). Begitulah peringatan Yesus kepada kita, para muridNya. Tugas perutusan yang kita terima dari Yesus mengandung resiko besar, akan banyak tantangan dan hambatan baik dari dalam diri kita sendiri maupun dari luar diri kita. Namun Yesus memberi jaminan bahwa Ia selalu menyertai kita, artinya Ia akan selalu menjaga dan menolong kita. Yesus juga memperingatkan kita supaya “jangan takut” (bdk Mat 10:28). Kita menerima tugas perutusan sebagai murid Yesus berarti ▪ Pertama kita dipanggil untuk ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus dari Allah, BapaNya. Yaitu mewartakan Injil tentang datangnya Kerajaan Allah dengan kata dan perbuatan. ▪ Kedua, Mewartakan Kerajaan Allah berarti mengupayakan terciptanya kedamaian, kerukunan, persaudaraan, keadilan, cinta kasih di mana pun kita berada. Betapapun kecilnya peran kita, kita melaksanakannya sesuai dengan kasih karunia yang kita terima dari Tuhan, yaitu sesuai dengan talenta yang kita miliki. ▪ Ketiga, dalam melaksanakan tugas perutusan kita, kita sadar akan tantangan dan hambatan yang akan kita jumpai, namun karena Tuhan selalu menyertai kita, kita tidak perlu takut. Dan justru di situlah akan kita ketahui seberapa besar nilai dan kualitas diri kita. 2. Mewujudkan Tugas Perutusan Murid Yesus dalam Hidup Sehari-hari Berkat Sakramen Baptis, kita diangkat sebagai murid-murid Yesus dan diangkat sebagai anak-anak Allah dan berkat Sakramen Penguatan, kita dikaruniai Roh Kudus, daya kehidupan Ilahi untuk menjadi saksi-saksi Kristus yaitu mewartakan Injil, kabar baik keselamatan kepada semua orang dimanapun kita berada. Itulah tugas kita. Kemudian, bagaimana kita mewujudkan tugas perutusan itu? Ada berbagai macam cara yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan tugas kita sebagai murid Kristus dalam hidup sehari-hari, misalnya kita dapat aktif di Lingkungan/ Paroki, menjadi misdinar (putra altar), anggota koor, dirigen, lektor, pemazmur, aktif mengikuti pendalaman Kitab Suci dalam bulan Kitab Suci Nasional, aktif mengikuti pendalaman iman pada masa Adven dan Prapaskah. Kita juga dapat menjadi pendamping Sekolah Minggu atau Bina Iman di sekolah, terlibat secara aktif dalam karya pelayanan sosial (mengunjungi panti asuhan atau panti wreda; mengumpulkan dana/barang untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung, mengunjungi teman yang sakit, membimbing teman yang kurang mampu dalam memahami materi pelajaran dan lain sebagainya), berani menolak dengan tegas hal-hal yang bisa merusak kehidupan, misalnya narkoba, pornograf, tawuran, dan sebagainya. Selanjutnya dengan bijaksana dapat mempengaruhi teman yang suka berbuat tidak baik, yang membahayakan kehidupan, agar mereka itu merubah dirinya menjadi baik dan mencintai kehidupan ini. Pada intinya, kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat dapat menjadi berkat orang lain, sehingga kehadiran kita menjadi tanda kehadiran Kristus yang menyelamatkan. Bab IV Konsekuensi Pewartaan Yesus A. Berbagai Tanggapan Terhadap Pewartaan Yesus Secara penuh Yesus tampil di muka umum untuk mewartakan Kerajaan Allah pada usia 30 tahun. Tugas perutusan yang dilakukan Yesus merupakan hal penting maka sebelum melaksanakan tugas tersebut Yesus melakukan persiapan. Persiapan tersebut antara lain 1. Usia 12 tahun Yesus merayakan Paskah1 ke Bait Allah di Yerusalem. Pada usia 12 tahun Bersama orang tuaNya Yesus pergi ke Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan Paskah. Peristiwa Yesus ke Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan paskah pada usia 12 tahun dicatat di dalam Injil karena usia 12 tahun bagi anak Yahudi mempunyai makna penting. ▪ Dalam tradisi Yahudi usia 12 tahun dipahami sebagai masa mulai memasuki usia dewasa. Mereka pada usia 12 tahun menerima roh hikmat, oleh sebab itu perlu diadakan upacara bar mitzvah (laki-laki) bat mitzvah (perempuan). Upacara ini dimaksudkan sebagai penanda bahwa anak remaja bertanggung jawab penuh atas segala perbuatannya di hadapan Allah. 2. Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis ▪ Dari naskah Injil diketahui bahwa kehadiran Yohanes Pembaptis menyiapkan jalan bagi Tuhan. Artinya Yohanes terlibat menyiapkan banyak orang untuk menerima warta gembira yang akan disampaikan oleh Yesus. Tindakan yang dilakukan oleh Yohanes adalah membaptis orang di sungai Yordan. Baptisan Yohanes sebagai tanda pertobatan, sebab Kerajaan Allah sudah dekat. Yesus ikut dibaptis oleh Yohanes bukan karena Yesus berdosa tetapi karena Yesus ingin menempatkan diri sederajat dengan orang-orang di sekitarnya. Setelah Yesus dibaptis tampak burung merpati dan suara yang berseru ‘inilah anakKu yang Kukasihi kepadaNya Aku berkenan’. Burung merpati dan suara tersebut diimani sebagai suara Tuhan dan burung merpati sebagai lambing Roh Kudus. ▪ Dengan pembaptisan-Nya, Yesus sekaligus menyatakan kesatuan dengan orang berdosa dan penyerahan total dan radikal kepada kehendak Bapa. Dengan pembaptisan, Ia tampil sebagai “pengantara antara Allah dan manusia” (1Tim 2:4). 3. Berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun ▪ Setelah dibaptis “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun”. Di padang gurun Yesus berpuasa selama 40 hari dan 40 malam. Saat berpuasa inilah Yesus dicobai iblis. ▪ Sesudah itu “dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu” (Luk 4:1-2.14). ▪ Sesudah pembaptisan, Yesus tampil sebagai orang yang “diurapi oleh Allah dengan Roh Kudus dan kuat kuasa” (Kis 10:38). Ia tampil sebagai “Yang terurapi”, Ia dilantik sebagai Kristus. “Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit” (Luk 5:17) ▪ Yesus sekarang tampil, bukan lagi sebagai tukang kayu, tetapi benar-benar sebagai seorang Penyelamat. Maka semua orang heran dan bertanya: “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan ada bersama kita? Mukjizat-mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?” (Mrk 6:2-3). Sesudah pembaptisan-Nya Yesus kelihatan lain, sampai orang sekampung tidak lagi mengenal-Nya. “Lalu mereka kecewa dan menolak Dia”. Ada berbagai cara Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Dari cara-cara Yesus mewartakan Kerajaan Alalh tersebut dapat dibedakan menjadi 1. Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui pengajaran (perumpamaan) Perumpamaan tentang biji sesawi Perumpamaan tentang ilalang dan gandum Perumpamaan tentang pohon ara dll 2. Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui perbuatan dan mukjizat ▪ Yesus Membangkitkan Anak Seorang Janda di Nain (Luk 7:11-17) ▪ Yesus Meredakan Angin Ribut (Mat 8:23-27) ▪ Yesus Mengusir Roh Jahat (Mark 1:21-28) ▪ Menyembuhkan orang yang sakit kusta (Matius 8:1-4) ▪ Yesus memberi makan lima ribu orang (Yohanes 6:1-15) ▪ Yesus membangkitkan anak Yairus ▪ Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang lain (Matius 8:14-17) ▪ Yesus rela wafat disalibkan demi menebus dosa kita ▪ Yesus menyembuhkan dua orang yang kerasukan (Matius 8:28-34) ▪ Yesus menyembuhkan anak kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan ▪ (Matius 9:18-26) ▪ Yesus menyembuhkan mata dua orang buta (Matius 9:27-31) ▪ Yesus menyembuhkan seorang bisu (Matius 9:32-34) ▪ Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Matius 12:9-15) ▪ Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan setan (Matius 12:22-37) ▪ Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Markus 6:53-56) ▪ Yesus menyembuhkan anak perempuan seorang perempuan Kanaan (Matius 15:22-28) ▪ Yesus menyembuhkan banyak orang sakit (Matius 15:29-31) ▪ Yesus memberi makan empat ribu orang (Matius 15:32-39) ▪ Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan (Matius 17:14-18) ▪ Yesus membayar bea untuk Bait Allah (Matius 17:27) ▪ Yesus menyembuhkan anak seorang pegawai istana (Yohanes 4:46-53) ▪ Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda (Yohanes 5:1-9) ▪ Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir (Yohanes 9:1-12) ▪ Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11:38) ▪ Yesus memberikan hasil tangkapan 153 ekor ikan (Yohanes 21:4-6) ▪ Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Lukas 5:17-26) ▪ Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Lukas 7:1-10) ▪ Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit (Lukas 9:37-43a) ▪ Yesus menyembuhkan perempuan bungkuk yang dirasuk roh (Lukas 13:10-17) ▪ Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air (Lukas 14:1-6) ▪ Yesus menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho (Lukas 18:35-43) ▪ Yesus menyembuhkan telinga Malkhus yang putus (Lukas 22:50-51) ▪ Yesus mengusir roh jahat di Kapernaum (Markus 1:23-28) ▪ Yesus menyembuhkan Bartimeus (Markus 10:46-52) ▪ Yesus menyembuhkan seorang tuli (Markus 7:31-37) Sikap dan tindakan Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah, menimbulkan tanggapan beragam bagi masyarakat di sekitar Yesus, ada orang/kelompok orang yang menerima dan ada kelompok/orang yang menolak. Mereka yang menerima pewartaan Yesus pada umumnya adalah orang miskin dan sederhana, para pendosa yang mau bertobat, kaum wanita dan anak-anak, orang sakit, orang kafir. Orang miskin dan sederhana. ▪ Latar belakang Yesus mewartakan kepada orang miskin dan sederhana, karena pada saat itu pungutan pajak dan upeti sangat menekan kehidupan masyarakat pada zaman Yesus. ▪ Mereka tidak punya daya dan kekuatan untuk melawan, keluar dari kondisi yang membelenggu mereka. ▪ Pewartaan Yesus : ‘’Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Allah ‘’ (Lukas 6:20). ▪ Dalam kondisi yang seperti ini mereka hanya dapat mengandalkan kekuatan Tuhan. Satu Satunya sandaran mereka ialah Tuhan. Satu-satunya kekayaan dan kekuatan mereka adalah Tuhan. ▪ Yesus bagi mereka adalah pembela dan pejuang keadilan bagi mereka yang miskin dansederhana. ▪ Tuhan adalah segala-galanya untuk mereka. Mereka mengharapkan Tuhan sendiri yang bertindak membebaskan mereka dari belenggu kemiskinan. Para pendosa yang mau bertobat ▪ Latar Belakangnya, bahwa para imam dan orang farisi menganggap orang yang berdosa adalah Najis, mereka dijauhi dan dikucilkan dari masyarakat. ▪ Yang digolongkan dalam kelompok ini antara lain para pelacur dan pemungut cukai. ▪ Pewartaan Yesus kepada orang berdosa yaitu Yesus mau makan bersama dengan orang-orang dianggap pendosa. Yesus datang dan mau bergaul dengan mereka yang dicap pendosa dan menganggap mereka sebagai pribadi yang layak untuk dicintai dan tidak ikut memusuhi mereka. ▪ Bagi Yesus, orang yang baik dan yang jahat dalam arti tertentu sama kedudukannya di hadapan Allah, sama-sama dicintai Allah, sama-sama anak Abraham. Karena kesamaan itulah, mereka pun mempunyai hak atas Kerajaan Allah. Orang berdosa atau pun orang baik, sama-sama mempunyai hak untuk diselamatkan oleh Yesus. ▪ Yesus mau makan dengan bersama dengan Zakheus dan bergaul dengan lewi pemungut cukai yang dipandang oleh orang-orang Yahudi sebagai orang-orang berdosa. Jika Allah yang meraja adalah Allah yang memerintah dengan penuh pengampunan, maka Yesus pun mengampuni orang berdosa. Ia tidak takut menjadi najis. Orang-orang sakit ▪ Latar Belakangnya yaitu bahwa sakit yang dialami masyarakat Yahudi merupakan akibat dari dosa mereka, ▪ Bagi masyarakat Yahudi pada umumnya penyakit adalah kutukan dari Tuhan. Penyakit disebabkan akibat dari dosa. Semakin parah dan menjijikkan, maka dianggap semakin besar pula dosanya. ▪ Maka seperti orang-orang kusta mereka dianggap tak layak hidup di tengah-tengah masyarakat, mereka harus disingkirkan dari kehidupan bermasyarakat. ▪ Pewartaan Yesus : Dan Yesus hadir untuk menyelamatkan mereka, menyembuhkan orang kusta, yang buta dapat melihat, yang lumpuh dapat berjalan, wanita yang pendarahan, dll. Kedatangan Yesus telah membawa harapan baru bagi mereka yang sakit. ▪ Dengan cara itu Yesus telah menunjukkan diri-Nya sebagai penyelamat, Sang Pembebas. Yesus mewartakan Allah yang Maha Pengasih. Kaum wanita dan anak-anak. ▪ Latarbelakangnya yaitu bahwa adat-istiadat masyarakat Yahudi selama bertahun-tahun telah mendiskriminasi perempuan dan anak-anak. Perempuan tidak boleh ikut campur urasan laki-laki, anak-anak tidak boleh bergaul dengan orang dewasa. ▪ Tradisi bangsa Yahudi menempatkan kaum wanita dan anak-anak, sebagai warga masyarakat kelas dua, keberadaannya berada di bawah dominasi kaum laki-laki. Dalam berbagai kesempatan mereka diperlakukan secara diskriminasi yang keberadaannya (suaranya) tak perlu diperhitungkan. Anak Anak tak boleh bergaul dengan orang dewasa, karena dianggap tidak pantas. ▪ Pewartaan Yesus yaitu Yesus mendekati, memperhatikan perempuan dan anak-anak, sehingga mereka mau mengikuti dan bahkan menerima pewartaan Yesus dan para murid-Nya. Yesus menjadi daya tarik bagi anak-anak sehingga banyak anak-anak yang mau mendekati dan berbicara kepada Yesus. ▪ Dan Yesus membela mereka, Ia memuji persembahan janda miskin (Mark 12:41-44) dan membiarkan anak-anak datang kepada-Nya (Mat 19:13-15), bahkan memberkati mereka. Karena sikap Yesus yang peduli kepada mereka, maka mereka pun mengikuti dan melayani-Nya. ▪ Yesus bergaul bebas dengan wanita. Bahkan ada wanita-wanita tertentu yang tetap mengikuti-Nya ke mana pun Dia pergi. Yesus juga menyapa dan bergaul dengan wanita-wanita kafir yang belum dikenal-Nya, seperti wanita Samaria. Ia tidak saja bergaul dengan sembarang wanita, tetapi juga berusaha dan membela wanita-wanita sundal yang tertangkap basah (Yoh. 8:1-11). Orang kafir ▪ Latarbelakangnya yaitu seorang perwira Romawi dipandang orang Yahudi sebagai orang kafir, namun orang Romawi tersebut terbuka dan percaya pada Yesus. ▪ Pewartaan Yesus yaitu Yesus membuka sekat-sekat kesukuan, ras, agama, bangsa dan keyakinan serta golongan bagi siapa saja yang mau mengikuti dan percaya kepada Yesus. Sedangkan orang/kelompok orang yang menolak pewartaan Yesus adalah para Imam dan ahli taurat, orang Farisi, penguasa, dan orang kaya dan mmapan. Para Imam dan Ahli Taurat ▪ Latarbelakangnya yaitu para imam dan ahli Taurat adalah orang yang menggap diri yang paling tahu dan paling mengerti mengenai aturan-aturan suci dan kehendak Allah yang benar. Mereka sok berkuasa soal agama, dan masyarakat harus manaatinya, para iman dan ahli Taurat membebani masyarakat dengan aturan-aturan. Namun mereka sendiri tidak melaksanakan aturan yang telah dibuatnya. ▪ Menduduki tempat di atas ▪ menganggap diri yang paling tahu dan paling mengerti mengena aturan-aturan suci dan kehendak Allah yang benar ▪ Kekuasaan agama ada di tangan mereka. ▪ Peraturan mereka adalah peraturan Tuhan. ▪ Mereka sering membuat aturan yang membebani orang lain tetapi dirinya sendiri tidak ▪ melaksanakan. Orang-Orang Farisi ▪ Bagi mereka menjadi rakyat Tuhan berarti ketaatan yang ketat pada setiap detail hukum. ▪ Mereka berusaha menerapkan hukum pada setiap keadaan hidupnya. Tetapi mereka sendiri sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka. ▪ Mereka mentaati hukum Tuhan dengan memusatkan perhatian kepada peraturan-peraturan ritual dan ibadah keagamaan. ▪ Bagi mereka menjadi murid Tuhan berarti ketaatan yang ketat terhadap setiap pasal hukum. Para Penguasa ▪ Penolakan terhadap pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah juga terlihat dalam diri para ▪ penguasa. ▪ Herodes misalnya sudah berusaha membunuh Yesus sejak mendengar kelahiran-Nya. ▪ Ponsius Pilatus lebih memilih mempertahankan kedudukannya dibandingkan membela kebenaran tentang Yesus. ▪ Bagi mereka, kedudukan, kehormatan dan kekuasaan lebih penting dibandingkan tunduk kepada kehendak Allah. Orang-Orang Kaya dan Mapan ▪ Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus menuntut keberanian untuk meninggalkan segala-galanya termasuk meninggalkan harta benda, kekayaan dan kemapanan hidup. ▪ Tidak semua orang berani melakukan itu, seperti nampak pada kisah Orang Muda yang Kaya (lih.Mat 19:16-26). ▪ Rupanya bagi mereka, melepaskan diri dari kekayaan sebagai andalan hidup tidaklah mudah. Alasan menolak pewartaan Yesus ▪ Kelompok tertentu merasa terancam dengan kehadiran Yesus karena pengikutnya semakin berkurang dan meninggalkan mereka. ▪ Ada yang merasa kekuasaannya terancam, ▪ Ada yang merasa kehidupannya yang sudah mapan dan nyaman sebelum kedatangan Yesus akan terganggu dan mereka ingin mempertahankan keadaan seperti itu. Sikap dan tanggapan Yesus terhadap penolakan atas pewartaan-Nya ▪ Yesus tidak bersikap memusuhi. ▪ Dengan penuh kasih dan kesabaran Yesus menghadapi reaksi penolakan tersebut, disertai dengan penuh penyerahan diri secara total kepada Kehendak Bapa-Nya (lih. Mat 5:43). B. Sengsara dan Wafat Yesus sebagai Penolakan Manusia Saat-saat menjelang sengsara Yesus, masyarakat Yahudi disibukkan dengan persiapan menyambut Perayaan Paskah Yahudi. Yesus pun merasa perlu untuk merayakannya, maka Ia menyuruh para murid-Nya untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bersama. Rupanya, Perjamuan Malam Paskah itu, menjadi perjamuan terakhir bagi Yesus dengan para murid-Nya, sekaligus menjadi perjamuan perpisahan sebelum Ia meninggalkan para murid-Nya. Perjamuan itu menjadi lambang pengorbanan Yesus yang sebesar-besarnya bagi para murid dan umat manusia. Perjamuan itu menjadi perjamuan syukur, sekaligus pengorbanan diri-Nya. Roti dan anggur yang dihidangkan menjadi lambang Tubuh dan Darah-Nya yang akan dikorbankan di kayu salib. Usai mengadakan Perjamuan Paskah, Yesus ditemani para murid-Nya pergi ke Taman Zaitun (Taman Getsemani) untuk berdoa. Di Taman Zaitun atau Taman Getsemani inilah kisah penderitaan Yesus dimulai. Yesus sangat sadar bahwa dalam menjalankan tugas perutusan dari Bapa-Nya, Ia akan menghadapi resiko yang sangat berat, bahkan harus kehilangan nyawa-Nya dengan cara yang sangat tragis. “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42). Sebagai manusia Ia tentu merasa sangat takut. a. Penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Hampir semua orang mengalami, walau dengan kadar dan bentuk yang berbeda. Penderitaan ditanggapi orang secara berbeda. Ada yang bersikap negatif, bila menderita ia menjadi putus asa, menyalahkan diri sendiri atau orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan dengan bertindak tidak adil. Sehingga ia merasa hidupnya tak berarti lagi, muncul sikap dendam pada orang lain atau menjauhi Tuhan dan tidak menutup kemungkinan ia akan mengakhiri hidupnya secara tragis. Tetapi ada juga ketika menderita ia akan berusaha tetap tabah, menjalaninya dengan sabar dan tegar dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, seperti halnya kakek penjual kangkung dalam cerita di atas tersebut. b. Dua peristiwa penting sebelum sengsara dan wafat Yesus yaitu Pertama Sebelum menderita sengsara, Yesus menyuruh para murid-Nya untuk mempersiapkan perjamuan Paskah bersama. Rupanya, Perjamuan Malam Paskah itu, menjadi perjamuan terakhir bagi Yesus dengan para murid-murid-Nya, sekaligus menjadi perjamuan perpisahan sebelum Ia meninggalkan para murid-Nya. Perjamuan itu menjadi lambang pengorbanan Yesus yang sebesar-besarnya bagi para murid dan umat manusia. Perjamuan itu menjadi perjamuan syukur, sekaligus pengorbanan diri-Nya. Roti dan anggur yang dihidangkan menjadi lambang Tubuh dan Darah-Nya yang akan dikorbankan di kayu salib. Kedua, setelah mengadakan Perjamuan Paskah, Yesus ditemani para muridNya pergi ke Taman Zaitun untuk berdoa. Yesus sangat sadar bahwa dalam menjalankan tugas perutusan dari Bapa-Nya, Ia akan menghadapi resiko yang sangat berat, bahkan harus kehilangan nyawa-Nya dengan cara yang sangat tragis. ”Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42). Sebagai manusia Ia tentu merasa sangat takut. Injil Lukas secara dramatis menggambarkan: “Ia sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk 22:44). Inilah dua peristiwa penting yang terjadi sebelum Yesus mengalami penderitaan dan wafat disalib. c. Ketika Yesus berdoa di Taman Getsemani, Yesus ditangkap dan atas nama seluruh bangsa, para rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah penjajah supaya diadili. Mereka sudah mengatur skenarionya: Yesus harus mati. Dan itu terjadi. Pengadilan di depan Pilatus itu hanya untuk memenuhi formalitas saja. Semua sudah diatur. Pemerintah penjajah pun tidak keberatan. Demi kepentingan politik dan stabilitas, apalah artinya satu nyawa dihilangkan! Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu pun berjalan mulus. Itulah akhir perjalanan hidup Yesus. Akhirnya harus dikatakan bahwa Yesus menjadi kurban kebencian dan permusuhan para pemimpin agama Yahudi. Yesus disingkirkan atas nama hukum Allah. Pembunuhan terhadap Yesus adalah pembunuhan keagamaan. Mungkin alasan konkret bertindak melawan Yesus adalah pembersihan kenisah (lih. Mrk 11:28 dst.). Tetapi dasar yang sesungguhnya ialah pewartaan Yesus yang dianggap berbahaya bagi kedudukan dan kuasa para pemimpin agama Yahudi. Salib merupakan tanda penolakan total terhadap Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah. d. Sebagai murid-Nya, kita harus belajar dari sikap Yesus dalam menghadapi penderitaan yaitu: Pertama, tetap tabah dalam menghadapi penderitaan dan disertai sikap penyerahan diri kepada Tuhan. Ke dua berani menghadapi resiko demi menegakkan kebenaran dan keadilan. Ke tiga, Kita diajak solider terhadap mereka yang miskin, menderita, tertindas dan yang membutuhkan pembebasan dalam hidupnya. C. Kebangkitan Yesus sebagai Tanda Penerimaan Bapa 1. Peristiwa Kebangkitan Yesus. ▪ Kitab Suci (Injil) tidak memberi laporan tentang bagaimana persisnya Yesus bangkit dari kematian. ▪ Ketika Yesus bangkit tidak ada saksi mata yang melihat bagaimana Yesus bangkit dari kematian. ▪ Kitab Suci (Injil) hanya menunjukkan tanda-tanda yang diyakini sebagai tanda kebangkitan Yesus yaitu batu penutup kubur Yesus terguling, para murid mendapati kubur Yesus kosong dan jenazah Yesus tidak ditemukan, kain kafan yang tergeletak di tanah, berita dari malaikat yang mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit (lih. Mrk 16:1-8; Luk 24:1-12; Yoh 20:1-10). Bukti lain yang menunjukkan bahwa Yesus telah bangkit adalah beberapa kali peristiwa penampakan Yesus pada murid-murid-Nya misalnya : - penampakan Yesus pada Maria Magdalena (lih. Mat 28:9-10; Mark 16:9, Yoh 20:11-18), - Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus (lih Luk 24:13-35), - Yesus menampakkan diri kepada semua murid-Nya (lih. Luk 24:36-49), - Yesus menampakkan diri kepada Tomas (lih. Yoh 20:24-29), - Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di Pantai Danau Tiberias (lih. Yoh 21:1-14), - Yesus beberapa kali menampakkan diri dan mengutus murid-murid-Nya (lih. Mat 16:9-20). Dalam cerita penampakan itu terlihat bahwa kehadiran Yesus sungguh dirasakan. Yesus yang hadir di tengah mereka seakan-akan tak berbeda dengan Yesus yang mereka jumpai selama ini. Perjumpaan dengan Yesus tidak hanya mengingatkan mereka atas apa yang selama ini pernah mereka alami bersama Yesus, tetapi menguatkan iman mereka. Penampakan yang dialami para murid-Nya mampu menghalau kegelisahan, ketakutan hari-hari terakhir setelah Yesus ditangkap, disalibkan, dan wafat yang masih menyelimuti hati mereka. Yesus sungguh hadir di tengah-tengah mereka, membuat mereka semakin percaya akan apa yang diwartakan semasa hidup-Nya bersama mereka. Penampakan Yesus membuat mereka merasa juga ikut dibangkitkan dari keyakinan mereka yang goyah karena peristiwa salib, sehingga mereka menjadi lebih berani dan tidak sembunyi-sembunyi lagi dalam beriman kepada-Nya. 2. Makna Kebangkitan Yesus Bagi orang Yahudi segala kemalangan di dunia ini hukuman untuk dosa (bdk. Yoh 9:1-2), apalagi kematian. Maka dengan kematian Yesus di kayu salib bagi kebanyakan orang Yahudi pada zaman-Nya, Yesus dianggap gagal, sia-sia dan seluruh karya-Nya seolah-olah musnah seiring dengan kematian-Nya. Dengan kematian-Nya, seolah-olah Yesus tidak diperhitungkan lagi. Tetapi dengan peristiwa kebangkitan-Nya dari alam maut, Allah membalikkan semua pemikiran tersebut. Yesus yang bangkit adalah Yesus yang hadir di tengah umat manusia dalam kemuliaan-Nya. Dalam tubuh-Nya yang mulia, Ia dapat hadir tanpa dibatasi ruang dan waktu. Yesus dapat hadir dimana saja dan kapan saja, dan kepada siapa saja yang percaya kepada-Nya. Kehadiran-Nya mampu mempengaruhi hati manusia, menjadi semangat dan inspirasi hidup bagi banyak orang. Melalui kebangkitanNya orang tidak hanya mengenang karya dan ajaran-Nya tetapi menjadikan Dia sebagai kekuatan hidup sehari-hari. Kebangkitan-Nya tidak hanya membuat orang sanggup meneruskan karya-Nya, tetapi secara kreatif melakukan-Nya. Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran Allah terhadap sabda dan karya Yesus, pembenaran terhadap perjuangan Yesus. Kebangkitan Yesus juga memberi harapan baru bagi umat manusia, bahwa ada harapan yang lebih baik setelah kematian di dunia ini. Berulang kali dikatakan, bahwa “Allah yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya” (1Kor 6:14; lih. 2Kor 4:14; Rm 8:11). ”Jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa Allah akan – demi Yesus – membawa mereka yang telah meninggal, bersama-sama dengan Dia” (1Tess 4:14). “Kristus disalibkan oleh karena kelemahan (kita), namun Ia hidup karena kuasa Allah. Begitu pula kami adalah lemah dalam Dia (dan mati bersama dengan Dia), tetapi kami akan hidup bersama dengan Dia karena Allah” (2Kor 13:4). 3. Mewujudkan Semangat Kebangkitan Yesus dalam Kehidupan Sehari-hari Kehadiran Yesus yang bangkit sering sulit ditangkap oleh pikiran manusia, seperti yang dialami dua murid dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35). Banyak orang memahami kematian hanya sebatas kematian fisik. Orang yang “mati” diartikan orang yang tidak bernafas lagi, tidak dapat beraktivitas lagi. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan orang yang “mati’ sekalipun masih hidup. Orang yang ‘mati” adalah orang yang sudah putus harapan, orang yang tidak mampu memperbaiki kehidupannya, keberadaannya di tengah-tengah masyarakat sudah tidak diperhitungkan lagi, mereka dianggap tidak ada atau “mati” walaupun secara fsik ia masih hidup dan hadir di tengah banyak orang. Tetapi orang yang “hidup” atau orang yang “bangkit” adalah orang yang mampu keluar dari keterpurukan, mampu kembali menata hidupnya meski dia telah jatuh dalam kehancuran. Ia bangkit kembali dari penderitaan atau kegagalan, sehingga kehadirannya akan selalu hidup dan dikenang karena mampu memberi inspirasi bagi banyak orang untuk menghasilkan karya-karya besar yang berguna bagi kehidupan manusia. Seperti Suster Teresa meski ia telah meninggal, nama dan karyanya tetap hidup dalam hati setiap orang yang peduli terhadap karya kemanusiaan dan karya belas kasih pada sesama yang menderita. Suster Teresa mampu “membangkitkan” orang yang telah “mati” karena tidak lagi memiliki harapan akibat penderitaan. Melalui karya belas kasih yang dilakukannya ia mampu membangkitkan orang dari keterpurukan hidup. Memberi mereka semangat dan motivasi bahwa masih ada harapan untuk memulai dan menata kehidupan yang lebih baik. Sebagai pengikut Yesus, Suster Teresa selalu berusaha meneladani Yesus, yang semasa hidupnya selalu memberikan kasihnya kepada semua orang, Ia membangkitkan harapan pada mereka yang miskin, yang tertindas, yang diperlakukan secara diskriminatif oleh masyarakat baik karena rasial, gender atau karena penyakit. Demikian juga halnya dengan kita sebagai murid Kristus, dalam hidup sehari-hari hendaknya kita mampu menghadirkan Kristus melalui kata-kata dan perbuatan kita kepada sesama. Menghayati dan mewujudkan kebangkitan Kristus tidak harus melalui karya-karya yang besar dan spektakuler. Menjadi sahabat bagi yang mengalami kesedihan dan masalah, memberi dukungan pada mereka yang putus harapan, membangkitkan semangat pada mereka yang lemah dan tak berdaya adalah wujud sederhana yang dapat kita lakukan. Dengan demikian kita dapat menjadi saksi kebangkitan Kristus melalui kata-kata dan perbuatan kita dalam hidup sehari-hari. Untuk mendalami materi ini silakan dipelajari pula di youtube dengan link sebagai berikut 1. YESUS PEMENUHAN JANJI ALLAH = https://www.youtube.com/watch?v=w90sW5CEAuA 2. KEMANUSIAAN DAN KEALLAH YESUS = https://youtu.be/EKTeLeukwb4 3. KERAJAAN ALLAH POKOK PEWARTAAN YESUS = https://www.youtube.com/watch?v=8-x5jxUfJ8o 4. YESUS MEWARTAKAN KERAJAAN ALLAH DENGAN PERUMPAMAAN = https://youtu.be/_xigXM1VzEg 5. YESUS MEWARTAKAN KERAJAAN ALLAH DENGAN PERBUATAN DAN MUKJIZAT = https://youtu.be/d4UHuJEpfuYV 6. PANGGILAN MURID-MURID YESUS = https://youtu.be/Z2uvntRY2N0 7. CARA HIDUP MURID-MURID YESUS = https://youtu.be/Y4r3aA_XkXY 8. TUGAS PERUTUSAN MURID-MURID YESUS = https://youtu.be/DS2fV2m2P98 9. A. Berbagai Tanggapan terhadap Pewartaan Yesus = https://youtu.be/CMPHUJAirFY 10. B. Sengsara dan wafat Yesus sebagai konsekuensi pewartaan Yesus = https://youtu.be/2m5RrOS87-A 11. C. Kebangkitan Yesus sebagai bukti penerimaan Bapa = https://youtu.be/LrH2azI78y0

Use Quizgecko on...
Browser
Browser