Ekosistem Aquatik sebagai Sumber Pangan (Minggu-9) PDF

Document Details

SweetheartRutherfordium9508

Uploaded by SweetheartRutherfordium9508

IPB University

2023

IPB University

Tags

aquatic ecosystems food sources fish Indonesian food

Summary

This document is a lecture outline for a course on aquatic ecosystems as a source of food. It covers topics such as the classification of aquatic ecosystems, biodiversity of aquatic organisms, and local and traditional food sources in Indonesia. The document also explores the economic and ecological aspect of aquatic food resources.

Full Transcript

Ekosistem Aquatik sebagai Sumber Pangan (Minggu-9) GIZ24A dan GIZ 241_2 (2-0) Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB University Outline Minggu 7 a. Pengertian dan klasifikasi SDP b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan M...

Ekosistem Aquatik sebagai Sumber Pangan (Minggu-9) GIZ24A dan GIZ 241_2 (2-0) Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB University Outline Minggu 7 a. Pengertian dan klasifikasi SDP b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan Minggu 8 Ekosistem daratan sebagai sumber pangan Minggu 9 a. Ekosistem akuatik sebagai sumber pangan b. Pangan lokal dan tradisional I. Ekosistem aquatic sebagi sumber protein hewani Keragaan Sumberdaya Perikanan Ketahanan Pangan dan Perikanan Keragaan sumberdaya perikanan Definisi perikanan  Semua kegiatan yang berhubungan dengan penegelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran  Salah satu sumberdaya alam yang renewable  Pengelolaan sumber daya ikan  faktor biologis (dengan pendekatan yang disebut Maximum Sustainable Yield atau MSY (tangkapan maksimum lestari) Definisi ikan Segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan komoditas yang berupa binatang air atau biota perairan lainnya Ikan konsumsi Ikan demersal  kakap merah/bambangan (Lutjanus spp), peperek (Leiognatus spp), tiga waja (Epinephelus spp), dan bawal (Pampus spp) Contoh ikan pelagis kecil Contoh ikan pelagis besar Selar (Selaroides Leptolepis) Tuna Mata Besar (Thunnus Obesus) Teri (Stolephorus Commersoni) Tuna Sirip Panjang (Thunnus Alalunga) Lemuru (Sardinela Longiceps) Tuna Sirip Hitam (Thunnus Atlanticus) Kembung (Restrelinger spp) Tuna Sirip Biru Layang (Decafterus Ruselli) Tuna Sirip Kuning Japuh (Dussumeiria spp) Ikan Pedang (Xiphias Gladius) Sunglir (Elagastis Bipinnulatus) ayaran (Isthioporus Orientalis) Tongkol (Auxis Thazard) Marlin (Makaira sp) Cakalang Tembang (Sardinella Fimbriata) (Katsuwonus Pelamis) Tenggiri (Scomberomorus Commersoni) Layur (Trichiurus Lepterus) Cucut Terdapat 38 jenis ikan yang terdapat di dalam data SUSENAS: 22 jenis ikan dan udang segar 13 jenis ikan dan udang awetan/asin 1 jenis ikan dalam bumbu (terasi/petis) 2 jenis ikan dalam makanan & minuman jadi (ikan matang & siomay/batagor) Jenis Ikan/Udang Satuan Jenis Ikan/Udang Satuan 1. Ekor Kuning kg 13. Baronang kg 2. Tongkol, Tuna, kg 14. Patin kg Cakalang, Dencis, Ikan 15. Bawal kg Kayu 16. Gurame kg 3. Tenggiri kg 17. Ikan Segar/ basah kg 4. Selar kg lainnya 5. Kembung, lema/tatare, kg 18. Udang, Lobster kg banyar/ banyara 19. Cumi-cumi, Sotong, kg 6. Teri kg Gurita 7. Bandeng kg 20. Ketam, Kepiting, kg 8. Gabus kg Rajungan 9. Mujair kg 21. Kerang, Siput, Bekicot, kg 10. Mas, Nila kg Remis 11. Lele kg 22. Udang dan hewan air kg 12. Kakap kg lainnya yang Segar Lainnya Jenis ikan dan udang awetan di dalam data SUSENAS: Jenis Ikan/Udang Satuan Jenis Ikan/Udang Satuan 1. Kembung Ons 9. Ikan dalam kaleng Ons Diawetkan/Peda (sarden, tuna kaleng) 2. Tenggiri Diawetkan Ons 10. Ikan diawetkan Ons 3. Tongkol, Tuna, lainnya Ons Cakalang, Dencis, 11. Udang diawetkan Ons Ikan Kayu Diawetkan 12. Cumi, sotong, dan Ons Ons 4. Teri Diawetkan gurita diawetkan Ons Ons 5. Selar Diawetkan 13. Udang dan hewan air Ons lainnya yang 6. Sepat Diawetkan Ons dawetkan lainnya 7. Bandeng Diawetkan Ons 8. Gabus Diawetkan Jenis Ikan/Udang Satuan 1. Terasi/Petis Gram Jenis Ikan dan Udang Bumbu dan 2. Ikan Matang Potong Makanan/Minuman Jadi 3. Siomay, Batagor Porsi/5 potong Potensi perairan sangat besar Luas Darat 1,9 juta km2 (25%) Luas Laut 5,8 juta km2 (75%)  Lahan darat 72% dan  3,351 juta km2 wilayah laut (perairan perairan tawar 28% pedalaman, kepulauan, laut territorial)  Potensi luas areal budidaya  2,936 juta km2 wilayah perairan Zona air tawar (termasuk perairan Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan landasan umum daratan  sungai dan kontinen danau) = 2.830.540 ha, dg   99.093 km panjang garis pantai pemanfaatan 302.130 ha  Potensi luas areal budidaya laut = (10,7%) 12.123.383 Ha pemanfaatan 325.825 Ha  Potensi luas areal budidaya (2,7%)  Potensi luas areal budidaya rumput laut air payau = 2.964.331 Ha pemanfaatan 650.509 Ha 1,1 juta Ha dan tingkat pemanfaatan 25% (21,9%) Ketahanan pangan dan perikanan KERANGKA PIKIR KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA Sosial Budaya Pendapatan Produksi Pangan Pengetahuan Daya Beli Ketersediaan Pangan Pangan dan Gizi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Konsumsi Pangan Lingkungan Status Gizi Pelayanan Kesehatan SDM Kebutuhan pangan di masa depan 1. Di negara sangat miskin  permintaan hanya berdasar pertumbuhan populasi 2. Di negara sedang berkembang  permintaan berdasarkan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya ekonomi. Contoh : - Pangan hewani dan gula: meningkat - Pangan nabati: berkurang Ketahanan pangan perkotaan, tergantung:  Tingkat upah/daya beli  Lapangan kerja  Lingkungan yang kumuh  infeksi  Urbanisasi  potensi KEP kronis Ketahanan pangan di desa  hasil pertanian Dicerminkan oleh: - Kecukupan jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi - Pertumbuhan fisik dan remaja anak yang baik Penyebab masalah pangan 1. Over population, 1970-an  Produksi pangan meningkat 25%  Populasi meningkat 45% Indikator ketahanan pangan 2. Lingkungan alam yang kurang mendukung  Penurunan produksi pangan  Meluasnya padang pasir  Persentase pengeluaran pangan  Penebangan pohon secara liar   Menghilangnya lapisan tanah yang subur (erosi) Fluktuasi harga pangan  3. Politik yang tidak stabil: Afrika Perubahan kehidupan sosial (migrasi, menggadaikan, dan 4. Under-development (terbelakang) pinjam)  Afrika adalah benua paling terbelakang   Angka buta huruf tinggi, GNP rendah Konsumsi pangan dan status gizi  Angka harapan hidup rendah  Industrialisasi belum maju  Transportasi buruk 5. Kebijakan pertanian yang kurang tepat: Teknologi, tanah subur, dan kredit hanya untuk tanaman perdagangan Ketidaktahanan pangan pada vulnerable groups  Rawan geografis: orang yang hidup di daerah miskin produksi pertanian, transportasi buruk, dan pemasaran juga buruk.  Rawan fisiologis: balita, wanita mengandung dan menyusui.  Rawan ekonomis: pengangguran, buruh musiman, buruh tani tanpa tanah. Dimensi konsumsi ikan Dimensi Sosial Budaya  Tidak ada satu agama-pun yang Dimensi ekologis  ketersediaan pangan melarang konsumsi ikan  Potensi produksi sangat besar, secara  Ikan tidak menyebabkan ekonomi kandungan lokal sangat tinggi cacingan maupun sakit dan hemat energy (emisi GRK relative kulit/gatal2 rendah dibanding ternak)  Ikan tidak menyebabkan ASI  Keragaman yang sangat tinggi, dari segi: berbau amis jenis, bentuk, warna, rasa, ukuran,  Jenis ikan tertentu merupakan sehingga dapat diproses lebih lanjut makanan “istimewa”, menjadi berbagai macam produk olahan “prestisius”  meningkatkan dan tersedia sepanjang tahun “nilai sosial” makanan Dimensi ekonomi  dimensi keterjangkauan pangan  Ikan sebagai salah satu bahan pokok strategis (Perpres 59 Tahun 2020 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting) a. barang kebutuhan pokok hasil pertanian: beras, kedelai bahan baku tahu & tempe, cabe, bawang merah b. barang kebutuhan pokok hasil industri: gula, minyak goreng, tepung terigu c. barang kebutuhan pokok hasil peternakan dan perikanan: daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar yaitu bandeng, kembung dan tongkol/ tuna/cakalang.  Harganya relatif lebih murah dibandingkan protein hewani lainnya  Ikan mempunyai keragaman jenis dengan variasi harga sehingga dapat memenuhi semua segmen kelas ekonomi Dimensi ekonomi  manfaat konsumsi ikan Zat-zat gizi esensial ikan:  Meningkatkan cita rasa (karena lemak  Protein (asam amino esensial) dan protein yang dikandungnya)  Vitamin (preformed vitamin A, vit  Meningkatkan mutu gizi pangan (karena B6, B12) mengandung zat-zat gizi yang bermutu  Mineral : Besi, Zinc Ca, Iodium, tinggi Selenium  Asam-asam lemak esensial Zat gizi esensial yang meningkatkan (omega-3, dll) mutu cerna dan bioavailabilitas zat gizi  Rendah lemak jenuh Dimensi ekonomi  manfaat konsumsi ikan Kontribusi ikan dalam protein hewani Protein ikan memberi kontribusi terbesar dalam kelompok Ikan : 57,1% Daging : 19,7 % sumber protein hewani sekitar 57,1%. Telur dan Susu: 23,2 % Terjadi kecenderungan pergeseran konsumen masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dari red meat kepada white meat. Protein Hewani Protein ikan memiliki keunggulan dibandingkan dengan 31,7% sumber protein lainnya, yaitu kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna tubuh. Protein Ikan memiliki kandungan lemak, vitamin, dan mineral yang Nabati 68,3% sangat baik dan prospektif. Zat gizi ikan mudah dicerna dan diserap tubuh sehingga sangat sesuai dari mulai balita hingga manula. Kontribusi Konsumsi Protein Ikan Terhadap Berperan penting dalam Gerakan Peningkatan Gizi Total Konsumsi Protein pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK) Sumber: SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) BPS 2014 Pengukuran IQ menurut kelompok yang mengonsumsi ikan 107.0 104.8 100.6 Never or seldom Sometimes Often (n=89) (n=315) (n=137)  Subjek pada penelitian longitudinal ini berjumlah 541 anak sekolah Tiongkok yang berusia 12 tahun  Seringkali (setidaknya sekali seminggu); kadang-kadang (2-3 kali perbulan); tidak pernah atau jarang (kurang dari 2 kali perbulan. Sumber: Liu J et al. 2017. The mediating role of sleep in the fish consumption – cognitive functioning relationship: a cohort study. Scientific Reports 7:17961. Ikan dan zat gizi Ikan menyediakan banyak zat gizi Manfaat bagi kesehatan  Protein  (diketahui) mengurangi risiko penyakit  Asam lemak omega-3 rantai panjang jantung dan membantu perkembangan  Vitamin larut lemak saraf pada bayi yang belum lahir  Mineral seperti zat besi, kalsium, yodium, zink, dan selenium  (kemungkinan) penurunan risiko stroke dan risiko depresi Sumber: Vannuccini S. 2017. Global overview of Fisheries and Aquaculture.FAO. Perbandingan kandungan zat gizi yang terdapat pada beberapa produk ikan laut per 100 g produk Produk Ikan Laut Kandungan Zat Gizi Ikan Ikan Ikan Ikan Segar Asin Kaleng Pindang Kalori (kkal) 113,0 193,0 338,0 157,0 Protein (%) 17,0 42,5 21,1 28,0 Lemak (%) 4,5 1,5 27,0 4,2 Ca (mg/100g) 20,0 200,0 354,0 50,0 Sumber: Direktorat Gizi-Departemen Kesehatan Republik Indomesia. 1979. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Ikan Sarden Tidak ada perbedaan siginifikan kandungan protein ikan sarden segar dengan ikan sarden kalengan Sumber: Wikipedia. Kandungan asam lemak dalam ikan Asam lemak Persentase Asam lemak jenuh 15-25% Asam lemak tidak jenuh tunggal 35-60% Asam lemak tidak jenuh ganda 25-40% Sumber: Bergbe dan Barnathan 2005 Kandungan omega 3 dalam ikan Jenis Omega 3 per 100 g Salmon 300-3000 mg Makarel 1500 mg Tuna segar 1500 mg Sarden segar 1800 mg Cod 300 mg Sumber: Rosidah L. Tanpa Tahun. Optimalisasi Pertumbuhan dan Kecerdasan Balita dengan Konsumsi Ikan. Deretan provinsi dengan angka konsumsi ikan tertinggi nasional Alasan ibu menyediakan masakan ikan laut 85.3 80.6 67.7 56.0 Agar keluarga Karena anak Agar anak Harga sehat suka cerdas & terjangkau pintar Sumber: Waysima. 2011. Pengaruh Ibu pada Perilaku Makan Ikan Laut Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jepara dan Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Sekolah Pascasarjana-IPB. Tantangan pengembangan sumberdaya perikanan untuk ketahanan pangan Tantangan dari sisi suplai:  Relatif mahal (last to choose) bagi strata atau etnik tertentu  Pasokan yang tdk kontinu dan unpredictable  Ketepatan waktu pengiriman (time of delivery)  Keseragaman produk (ukuran, kualitas, dan warna)  Link and match antara produsen dan kebutuhan konsumen  Sistem jaminan mutu (from farm/ocean to table)  Lemah praktik penanganan pascapanen: penggunaan bahan terlarang, ketersediaan sapras, teknologi, dan sistem rantai dingin  Kelestarian lingkungan dan sumberdaya  Isu global (HAM, pekerja anak-anak, animal welfare, dan lain-lain)  Sarana dan prasarana  Kualitas SDM (termasuk kemiskinan nelayan), penguasaan teknologi  Akses modal dan pasar, lemahnya sistem kelembagaan ekonomi Tantangan pengembangan sumberdaya perikanan untuk ketahanan pangan Tantangan dari sisi permintaan:  Jaminan ketersediaan produk  Mudah diperoleh  Harga terjangkau  Tampilan yang menarik  Mudah disimpan, praktis  Diversifikasi produk (konsumsi langsung atau diolah lebih lanjut)  Bermutu baik dan bergizi  Minat mengonsumsi ikan masih rendah Dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan ikan  Ketersediaan makanan laut akan bervariasi tergantung perubahan habitat, stok, dan spesies  Stabilitas distribusi, pasokan yang dipengaruhi oleh perubahan iklim, peningkatan varian produktivitas ekosistem, dan peningkatan varian dan risiko pasokan  Akses terhadap makanan laut akan dipengaruhi oleh perubahan mata pencaharian dan peluang menagkap ikan atau Bertani  Pemanfaatan produk perairan juga akan terkena dampaknya  beberapa masyarakat dan komunitas perlu mneyesuaikan diri dengan spesies yang tidak dikonsumsi menurut budaya Tragedi minamata  Tahun 1959, di kota Minamata, Kumamoto Prefecture Jepang, terdapat penyakit aneh yang menyerang saraf manusia (kejang dan lumpuh)  Anak-anak lahir dengan cacat tubuh, lumpuh dan keterbelakangan mental  Karena pencemaran methyl-mercuri (limbah berasal dari pabrik di sekitar teluk Minamata)  ke laut dan biota laut  dikonsumsi oleh penduduk Minamata sehingga terjadi akumulasi merkuri II. Pangan lokal dan tradisional untuk pemanfaatan ketahanan pangan Pangan lokal  makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal Pangan yang sudah dikenal, mudah diperoleh sehingga meningkatkan akses pangan, jenisnya beragam, dan dapat diusahakan baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk dijual Aneka pangan lokal  bahan baku makanan tradisional 1. Sumber karbohidrat: beras, jagung, singkong, sagu, ketela, sukun, garut, dan gandum lokal 2. Sumber energi: gula tebu, gula merah, HFS, sorbitol 3. Sumber lemak: minyak kelapa sawit, minyak kelapa 4. Sumber protein nabati: kedele, kac. tanah, kac hijau 5. Sumber protein hewani: ikan, udang, kerang-kerangan, daging ayam, sapi, kambing, kerbau, telur, dan susu 6. Sumber vitamin: buah-buahan tropis (nanas, mangga , pisang, pepaya,dan jeruk), dan sayur-sayuran (kol, sawi, wortel) 7. Sumber mineral: spices (lada, merica), kecap, MSG 8. Sumber penyegar: kopi, tea, kakao, mete, dan garam 9. Sumber serat: rumput laut dan lidah buaya Kesejahterasan masyarakat Produktivitas Produktivitas Sosial Ekonomi B. Pendekatan politik Ekologi Prasarana Sosial : Pendidikan Prasarana Ekonomi : SDM Kesehatan SDA, Teknologi Berkualit Pemberdayaan SD Buatan/Prasarana as Partisipasi Masyarakat C. Pendekatan A.Pendekatan sosekbud ekologi Ketahanan Ketahanan Pangan Pangan Pengelolaan RMT Status Gizi/ Nasional/Wilayah= Rumah Gizi Seimbang Kecerdasan Ketersediaan Distribusi Tangga Perawatan Kesehatan Individu Konsumsi Air Dan Sanitasi Pendidikan Dasar Pangan Lokal dalam pendekatan human welfare ecology (dikembangkan dari Suryana 2004 dalam Sukirman et al. 2004) Masalah Usaha Kecil Bidang Pangan Ekternal Internal Kurangnya permintaan Finansial Rndahnya ketersediaan aneka olahan Manajemen Pandangan pangan lokal sebagai pangan inferior Sumberdaya USAHA KECIL Akses teknologi BIDANG PANGAN S U P Fasilitasi 1. Optimasi sumber daya p Permodalan 2. Peningkatan nilai tambah L Transfer Teknologi 3. Peningkatan produktivitas Y Pemasaran dan kualitas produk Pembinaan dan pelatihan Peningkatan Produksi Peningkatan Pendapatan Sekolah dan Murid D rawan pangan Feeding dan E Daya Beli Pengasuhan M gizi A Peningkatan Status Gizi N Ketahanan D Pangan SDM Berkualitas Pendekatan Supply dan Demand dalam Pengembangan Pangan Lokal untuk Ketahanan Pangan Pangan tradisional  makanan yang dikonsumsi golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah berdasarkan resep yang secara turun temurun. Bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat dan makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat setempat. Ciri-ciri pangan tradisional  regional, budaya dan kebiasaan, turun temurun, konsumsi sudah lama, diolah secara tradisional, dan bahan baku lokal/impor. Contoh makanan tradisional Sunda Cara pengolahan  Ditumis  Dibakar  Direbus  Dipepes  Digoreng  Disajikan mentah Dari sekitar 80 jenis makanan Sunda, lebih dari 65% terbuat dari tumbuh-tumbuhan Karedok (nabati), sedangkan sisanya terbuat dari ikan dan daging (hewani) Makanan tradisional Sunda sebagai unsur budaya Makanan tradisional Sunda merupakan salah satu budaya bangsa warisan nenek moyang Harus dilestarikan dan terus dipromosikan Promosi melalui keunggulan gizi yang terkandung didalamnya Keunggulan gizi karedok Terbuat dari sayuran mentah: Kaya Pro-Vitamin A kacang panjang, mentimun, tauge, kemangi, terong, kol (berbagai modifikasi Pro-Vitamin A yang tinggi berasal dari penambahan sayuran lain) sayuran berwarna hijau seperti kacang panjang, daun kemangi dan mentimun Sumber serat Vitamin A : senyawa penting yang menciptakan daya tahan tubuh Sayuran  sumber serat utama yang terhadap infeksi dan pemeliharaan penting untuk pencernaan dan jaringan (mata) kesehatan Baik untuk kesehatan usus Memperlancar buang air besar Tauge  sumber vitamin E Mengontrol berat badan Menurunkan kolesterol dalam darah Merupakan antioksidan Mencegah stroke, jantung, kanker Mempunyai kemampuan untuk mengurangi radikal bebas Mencegah terjadinya kanker Daftar pustaka Baliwati YF, Madanijah, S. 2013. Ekologi Pangan dan Gizi. Bahan Ajar. Bogor (ID): IPB Press. Purnomo A. 2015. Pengelolaan SDKP secara Berkedaulatan untuk Keberlanjutan Guna Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Yogyakarta. TERIMA KASIH

Use Quizgecko on...
Browser
Browser