STRATEGI PENGELOLAAN SDP Minggu-14 PDF

Summary

This document discusses strategies for managing food resources (SDP), focusing on economic, social, and ecological approaches. It details the concept of internalizing negative externalities within economic models, emphasizing the inclusion of social costs within production costs. The document also explores the role of community development (CD) in addressing SDP issues. Finally, it briefly touches on the concept of positive deviance as a method for identifying successful community-based solutions.

Full Transcript

Departement of Community Nutrition Faculty of Human Ecology Strategi Pengelolaan Sumberdaya Pangan (SDP) (Minggu-14) Pendekatan ekonomi – sosial dan ekologi dalam pengelolaan SDP Agenda Mgg ke 12 Perubahan paradigma pengelolaan li...

Departement of Community Nutrition Faculty of Human Ecology Strategi Pengelolaan Sumberdaya Pangan (SDP) (Minggu-14) Pendekatan ekonomi – sosial dan ekologi dalam pengelolaan SDP Agenda Mgg ke 12 Perubahan paradigma pengelolaan lingkunga Mgg ke Pendekatan IPTEK & manajemen dalam penge 13 SDP Mgg ke Pendekatan ekonomi – sosial dan ekologi dala 14 pengelolaan SDP Pendekatan ekonomi – sosial & ekologi dalam pengelolaan SDP 1 Pendekatan ekonomi Internalisasi Eksternalitas Negative Eksternalitas negative = biaya lingkungan/biaya sosial (SC)  Biaya yang ditanggung oleh masyarakat (baik langsung maupun tak langsung) untuk menanggulangi pencemaran yang ditimbulkan oleh kegiatan produksi.  SC harus dimasukkan dalam komponen biaya produksi. Konsep Biaya produksi = PC (FC+VC) + SC Private cost (PC) = fix cost (FC) + variabel cost (VC) Keterangan: PC = Private cost FC = Fix cost VC = Variable cost SC = Social cost 5 Contoh eksternalitas negative: Pabrik yang yang membuang limbahnya ke sungai. Masyarakat yang tinggal disekitar sungai menjadi terganggu karena karena dampak pembuangan limbah tersebut. Akan ada kerugian ekonomi dan non ekonomi bagi masyarakat yang disebabkan bukan oleh mereka. 6 Manfaat sosial adalah manfaat yang didapat masyarakat akibat kegiatan seseorang atau sekelompok orang (baik B/C ratio secara langsung atau tidak langsung) Benefit Cost Ratio atau B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara pendapatan dengan Total Biaya Produksi sebuah proyek usaha. 2 Pendekatan sosial Community Development (CD) Sebuah proses usaha bersama antara pemerintah & masyarakat dalam upaya meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui partisipasi dan inisiatif masyarakat. Terdapat redistribusi tanggung jawab, otoritas dan pergeseran kekuasaan, serta bekerja dengan masyarakat. 8 Prinsip dalam Community Development 1 Kebutuhan masyarakat dilihat dalam pendekatan yang holistik (prioritas bisa secara sektoral tetapi dijelaskan keterkaitannya dengan aspek lain secara menyeluruh) 2 Community development adalah proses, dengan tujuan memberdayakan masyarakat yang merupakan proses pendidikan bagi masyarakat. 9 Prinsip dalam Community Development 3 Aktivitas menjamin kelestarian fungsi lingkungan = memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainability) 4 Kemitraan (networking) antar seluruh pelaku  menjamin akses terhadap SDA 10 Contoh community development PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN PELATIHAN PENDAMPINGAN PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT UNTUK · Pemberdayaan sebagai partisipasi · Pemberdayaan sebagai demokratisasi · Pemberdayaan sebagai pengembangan kapasitas DESA MANDIRI PANGAN · · Pemberdayaan Pemberdayaan sebagai sebagai pengembangan ekonomi pengembangan individu PENGUATAN KELEMBAGAAN a Penguatan Kelembagaan Aparat - Penguatan Kelembagaan Penyuluhan - Penguatan Kelembagaan Pemerintah yang Terkait dengan Ketahanan Pangan b Penguatan Kelembagaan Masyarakat - Kelembagaan Masyarakat/kelompoktani - Penguatan Kelembagaan Produksi Pangan - Penguatan Kelembagaan Pelayanan Usaha, Produksi dan Agribisnis Pangan - Penumbuhan dan Pengembangan Lembaga Distribusi, Cadangan Pangan dan Pemantauan Situasi Pangan c Penguatan Kelembagaan Koordinasi Pangan dan Gizi d Penguatan fungsi lembaga-lembaga pelayanan dan penunjang OUTPUT SISTEM KETAHANAN PANGAN KONSUMSI 1 Memadainya - Peningkatan ketersediaan dan KETERSEDIAAN penganekaragaman distribusi pangan INPUT DISTRIBUSI konsumsi pangan 2 Cukupnya kemampuan - - Peningkatan OUTCOME - Pelatihan Peningkatan - Kemudahan akses akses pangan rumah - Produksi Pangan kesadaran masy tangga Pendamping pangan - terhadap pangan 3B 3 Cukupnya kemampuan Berkurangnya - Dana Peningkatan - Usaha yang menjamin Kerawanan Pangan - Bahan, Usaha Pemenuhan kelancaran distribusi mengelola konsumsi dan Gizi Peralatan, Cadangan Pangan pangan antar wilayah pangan dengan gizi - Tenaga Kerja - Pengembangan seimbang dan aman - Teknologi jaringan informasi 4 Cukupnya kemampuan pasar dan harga antar mengatasi masalah daerah pangan IMPACT 5 Terciptanya usaha produktif Desa Tahan 6 Terbentuknya aliansi Pangan dan untuk meningkatkan Gizi partisipasi masyarakat FASILITASI dalam melawan kelaparan dan - Infrastruktur - Sarana pendidikan & kesehatan kemiskinan -Transportasi - Listrik - Komunikasi - Pemasaran - Investasi - Pemberian insentif Bentuk kerjasama antara perguruan tinggi, pemerintah dan industri disebut sebagai model kerjasama tripple helix. Industri memiliki peran sebagai pelaksana CSR yang memiliki jejerang atau cakupan wilayah yang cukup luas. Pemerintah berperan sebagai Perguruan Tinggi berperan sebagai pembuat kebijakan serta penggerak pendamping keilmuan serta melakukan masyarakat secara luas advokasi pengentasan stunting Pemerint Pemerint Akademi Industri ah ah si Daerah Daerah Pembangunan kerjasama dan Analisis masalah stunting setempat penandatanganan MoU Penyusunan model kegiatan pencegahan Penentuan prioritas masalah dan sasaran stunting Penentuan indikator keberhasilan Pelaksanaan intervensi gizi Advokasi penanggulangan stunting Monitoring dan evaluasi Laporan kegiatan dan perencanaan kegiatan tahun berikutnya Positive Deviance Penyimpangan positif alat yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menerapkan solusi yang sudah ada di masyarakat untuk mengatasi permasalahannya. Seringkali solusi permasalahan tersebut ada tepat di depan mata kita tetapi kita tidak dapat melihatnya. 15 Contoh Community Development: Positive deviance Keluarga miskin yang memiliki anak dengan status gizi baik. 16 Tahapan positive deviance 1 2 3 Determin Define Discover e 4 5 6 Dissemin Design Dicern ate 17 Tahapan positive deviance 1 DEFINE Merumuskan permasalahan dan penyebabnya, serta keadaan status yang diharapkan. Tetapkan atau definisikan masalah dan solusinya, dengarkan apa penyebabnya (analisis situasi) sehingga lahir problem statement dari komunitas. Misal: dalam suatu kelompok masyarakat, anak-anak keluarga miskin mengalami kekurangan gizi. 18 Tahapan positive deviance 2 DETERMINE Menentukan keluarga di dalam masyarakat yang anaknya dapat menjadi contoh positive deviance. Tentukan apakah ada orang-orang dari komunitas mereka yang telah menunjukkan prilaku yang diharapkan atau menyimpang (deviants) dari keluarga miskin yang lain. Misal: ada anak dari keluarga miskin yang gizinya baik, sementara mereka berasal dari tempat yang sama dan menggunakan sumber yang sama 19 Tahapan positive deviance 3 DISCOVER Menemukan apa yg dilakukan pelaku positive deviance, yang berbeda dengan tetangga sekitarnya Misal: “penyimpang” memberikan makanan secara aktif kepada anaknya, memberikan makanan yang bergizi (bersumber lokal) walau tidak biasa dikonsumsi oleh orang lain, memberi makan lebih sering kepada anaknya. 20 Tahapan positive deviance 4 DESIGN Merancang dan mengimplementasikan kegiatan perilaku positif tersebut sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan. Misal: Membuat program gizi yang bersumber kepada kebiasaan lokal yang bisa mendukung pengadopsian prilaku “penyimpang” yang sehat tadi. 21 Tahapan positive deviance 5 DISCERN Mengkaji efektifitas program melalui monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara terus-menerus. Misal: mengukur status gizi anak- anak yang ikut program gizi dengan penimbangan dan dampaknya kepada anak-anak sepanjang waktu. 22 Tahapan positive deviance 6 DISSEMINATE Menyebarluaskan keberhasilan program kepada masyarakat lainnya. Misal: bentuk sebuah komunitas sebagai tempat belajar bagi orang lain yang tertarik untuk mengadopsi prilaku mereka sendiri di tempat lain dan siap berpartisipasi dalam program tersebut. 23 3. Pendekatan ekologi 11/12/2024 24 MASYARAKAT PRA-INDUSTRI Kehidupan agraris, perdesaan, pendidikan rendah Fertilitas dan mortalitas penduduk tinggi Tinggi penyakit infeksi Masalah kurang gizi dominan, aktifitas fisik tinggi MASYARAKAT NEGARA BERKEMBANG Modernisasi pertanian, urbanisasi, Pendidikan meningkat, layanan Kesehatan semakin baik Mortalitas menurun, struktur umur berubah Penyakit infeksi berkurang Kelaparan semakin jarang, gizi masyarakat semakin baik MASYARAKAT INDUSTRI Diversifikasi ekonomi, pendapatan tinggi, perkotaan, pendidikan tinggi Fertilitas menurun, proses menua Diet penyebab penyakit tidak menular, kurang aktivitas fisik Penyakit tidak menular meningkat Amerika Nigeria Ekstensifikasi Pertanian Pangan Usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru. Misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfaatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut. Ekstensifikasi Pertanian Pangan Penetapan lahan pertanian pangan menjadi LP2B (lahan pertanian pangan berkelanjutan). Pengalihan fungsi lahan nonpertanian pangan menjadi LP2B tanah telantar dan tanah bekas kawasan hutan yang belum diberikan hak atas tanah sesuai dengan ketentuan perUU. 30 Pertanian berkelanjutan Pengelolaan sumberdaya (terutama lahan) untuk menghasilkan kebutuhan pokok manusia (pangan pokok), sekaligus mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitas lingkungan & melestarikan SDA. 31 Sifat Pertanian berkelanjutan Meningkatkan produksi pertanian dan ketahanan pangan. Meningkatkan akses pangan yang bergizi dan aman dari bahan-bahan pencemar. 32 Sifat Pertanian berkelanjutan Tidak membahayakan kesehatan petani & konsumen Mendukung kehidupan masyarakat pedesaan  meningkatkan kesempatan kerja & penghidupan. 33 Sifat Pertanian berkelanjutan Tidak mengurangi & merusak kesuburan tanah, tidak meningkatkan erosi, serta minimalisasi ketergantungan pada SDA tidak terbarukan. Melestarikan/meningkatkan SDA (termasuk keanekaragaman hayati) & kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian/pedesaan. 34 Intensifikasi Pertanian Pangan Pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi Pertanian Pangan a. Peningkatan kesuburan tanah; b. Peningkatan kualitas benih/bibit; c. Pendiversifikasian tanaman pangan; d. Pencegahan dan penanggulangan hama tanaman; 36 Intensifikasi Pertanian Pangan e. Pengembangan irigasi; f. Pemanfaatan teknologi pertanian; g. Pengembangan inovasi pertanian; h. Penyuluhan pertanian; dan/atau i. Jaminan akses permodalan. 37 Apa itu Revolusi Hijau? Revolusi hijau adalah upaya dan cikal bakal kemajuan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas hasil pangan. Penerapan Revolusi Hijau di Indonesia terjadi pada masa Orde Baru. Pada tahun 1970 -1980, pemerintahan Orde Baru melakukan investasi besar-besaran terhadap sektor pertanian. Program revolusi hijau di Indonesia dimulai pada masa orde baru melalui program Bimas (Bimbingan Massal) dan Panca Usaha Tani yang mendorong petani untuk: (1) Menggunakan bibit unggul (2) Pemupukan (3) Pemberantasan hama dan penyakit (4) Pengairan (5) Perbaikan cocok tanam. Apa saja dampak Revolusi Hijau? Dampak positif Meningkatkan produksi pertanian Memenuhi kebutuhan pangan Meningkatkan kualitas tanaman pangan Mengembangkan industri pertanian Dampak negatif Berbagai macam organisme penyubur tanah musnah Tanah menjadi tandus/ kesuburuan menurun Hasil pertanian mengandung residu pestisida Keseimbangan ekosistem terganggu Terjadinya peledakan serangan dan jumlah hama Dampak buruk pestisida bagi kesehatan Gangguan Reproduksi Gangguan kehamilan & janin Pestisida dapat menyebabkan Ibu hamil yang terpapar gangguan hormon dan penurunan pestisida dapat meningkatkan produksi sperma pada pria. Pada risiko terjadinya komplikasi wanita berdampak pada gangguan kehamilan, cacat pada janin, kesuburan dan risiko melahirkan dan meningkatkan risiko secara prematur keguguran Dampak buruk pestisida bagi kesehatan Keracunan kronis Menurut WHO, terdapat 20.000 orang per tahun mati akibat keracunan pestisida. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsinogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan). Teknologi pertanian berkelanjutan 1 2 3 Pengelolaan Pertanian Pertanian Hama Terpadu Organik LEISA (PHT) 43 1.Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) PHT atau Integrated Pest Management (IPM) merupakan konsep atau teknologi pengendalian hama yang dilaksanakan dengan mengelola ekosistem setempat melalui perpaduan berbagai teknik pengendalian hama sehingga populasi hama dapat dipertahankan tetap berada di dalam keseimbangannya dengan populasi musuh alami dan di bawah ambang kerusakan ekonomi. 11/12/2024 44 2. Pertanian Organik Sistem pertanian yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan dengan sistem alami, dengan memanfaatkan dan mengembangkan semaksimal mungkin proses-proses alami dalam pengelolaan usaha tani. 45 Sifat dasar sistem pertanian organik (Blake, 1994) : Perbaikan siklus biologi daur jasad renik, fauna tanah, tanaman & binatang untuk meningkatkan bahan organik Pergiliran tanaman secara berkelanjutan Penggunaan secara ekstensif dan rasional pupuk kandang/ limbah sayuran Penggunaan teknik pengolahan tanah yang tepat Minimalisasi penggunaan pestisida kimiawi, dan hasil rekayasa genetik 46 3. Pertanian LEISA (Low‑External‑Input and Sustainable Agriculture) Praktek pertanian yang menggunakan secara optimal sumber daya yang tersedia di lokasi setempat. Perpaduan antara komponen sistem usaha tani seperti tanaman, binatang, tanah, air, iklim & masyarakat, yg dilakukan secara saling melengkapi & sinergis dalam mencapai sasaran produksi 47 3. Pertanian LEISA (Low‑External‑Input and Sustainable Agriculture) Masukan eksternal masih dapat digunakan hanya bila diperlukan yaitu untuk memenuhi kebutuhan unsur hara. Pemasukan luar ditujukan untuk meningkatkan kinerja sumber2 daya setempat. Penggunaan masukan eksternal diusahakan yang dapat didaur ulang secara maksimal, dan dampak negatif bagi lingkungan sangat kecil. Gulma, penyakit dan hama tanaman dikelola melalui rotasi tanaman, pertanaman campuran, bioherbisida, insektisida organik dan dikombinasikan dengan budidaya tanaman yang sehat 48 Daftar Pustaka Baliwati, Y.F.; Madanijah, S. 2013. Ekologi Pangan dan Gizi. Bahan Ajar. Departemen Gizi Masyarakat, Fema, IPB Reijntjes, C., B. Haverkot & A. W. Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan, Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. United State Agency International Development. 1992. World Declaration and Plan of Action for Nutrition, International Conference on Nutrition, Rome, December 1992. Turner, R.K; D.Pearce & I.Bateman. 1994. Environmental Economics, An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf. New York. 49 TERIMA KASIH

Use Quizgecko on...
Browser
Browser