Implementasi Asesmen Diagnostik untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa PDF
Document Details
Uploaded by RoomierTajMahal
Universitas Negeri Malang
Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah
Tags
Summary
This document discusses the implementation of diagnostic assessments to determine student learning style profiles in differentiated learning. It highlights the use of observation, documentation, and interviews for data collection. The results show the beneficial impact of diagnostic assessment on differentiated thematic learning in elementary schools, through process, content, and product differentiation.
Full Transcript
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pendidikan p-ISSN: 2829-8411 DOI Issue: https://doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3 e-ISSN: 2829-8403 Jurnal Inovas...
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pendidikan p-ISSN: 2829-8411 DOI Issue: https://doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3 e-ISSN: 2829-8403 Jurnal Inovasi dan Teknologi Pendidikan JURINOTEP Vol. 1, No. 3, Januari, 2023 hal. 241-360 Journal Page is available to http://jurinotep.lppmbinabangsa.ac.id/index.php/home IMPLEMENTASI ASSEMEN DIAGNOSTIC UNTUK MENENTUKAN PROFIL GAYA BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DIFERENSIASI DI SEKOLAH DASAR Dwi Yani1, Susriyati Muhanal2, Aynin Mashfufah3 1,2,3Universitas Negeri Malang [email protected] Article Info Abstract Profil pelajar pancasila merupakan karakter siswa yang harus Article History dibentuk dan diwujudkan dalam implementasi kurikulum merdeka. Received : 28-12-2022 Pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan Revised : 15-01-2023 profil gaya belajar siswa menjadi ciri dari pelaksanaan kurikulum Accepted : 30-01-2023 merdeka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi asesmen diagnostik untuk menentukan profil gaya belajar siswa dalam Kata kunci: pembelajaran berdiferensiasi di sekolah dasar.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data assesment diagnostic, observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian differentiation learning, menunjukkan bahwa asesmen diagnostic untuk menentukan profil students learning style gaya belajar siswa berpengaruh baik dalam pembelajaran profiles, assessment berdiferensiasi dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar melalui diagnostic, diferensiasi proses, diferensiasi konten dan diferensiasi produk yang pembelajaran sudah sesuai dengan prinsip pembelajaran diferensiasi. Tes berdifferensiasi, profil diagnostik atau tes prapembelajaran berkaitan dengan pemetaan gaya gaya belajar siswa belajar, minat, dan pengetahuan awal siswa agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Optimalisasi tes diagnostik dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran tematik agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan waktu yang digunakan dalam pembelajaran jug The profile of a Pancasila student is a student character that must be formed and realized in the implementation of the independent curriculum. Learning that meets students' learning needs in accordance with the profile of students' learning styles characterizes the implementation of the independent curriculum. This study aims to determine the implementation of diagnostic assessments to determine student learning style profiles in differentiated learning in elementary schools. This research is a qualitative research using observation, documentation and interview data collection techniques. The results showed that the diagnostic assessment to determine students' learning style profiles had a good effect on differentiated learning in thematic learning in elementary schools through process differentiation, content differentiation and product differentiation which were in accordance with the principles of differentiation learning. Diagnostic tests or pre-learning tests are related to mapping students' learning styles, interests, and prior knowledge so that teachers can carry out differentiated learning according to students' needs. Optimization of diagnostic tests is carried out in order to improve the quality of thematic learning so that it fits the needs of students and the time used in learning is also effective 241 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 PENDAHULUAN Profil Pelajar Pancasila menjadi sebuah tujuan pembelajaran yang dapat diwujudkan. Pentingnya mewujudkan karakter siswa merupakan alasan mendasar bahwa tujuan dari pembelajaran harus mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter. Proses pembelajaran tidak hanya bertujuan menjadikan siswa memiliki kompetensi akademik yang baik dan memiliki berbagai skill yang dibutuhkan dalam kehidupannya, akan tetapi tujuan utama adalah menjadikan siswa berkarakter. Proses pendidikan yang dilaksanakan di lembaga sekolah diarahkan untuk menanamkan dan mengembangan nilai-nilai dan karakter bangsa (Buchory & Swadayani, 2014). Pendidikan karakter merupakan arah penguatan yang selalu diharapkan dapat terwujud dalam setiap pelaksanaan kurikum, baik dari kurikulum KTSP, kurikulum 2013 maupun kurikulum merdeka. Karakter yang diharapkan terbentuk dalam pelaksanaan kurikulum merdeka adalah profil pelajar Pancasila yang dapat terwujud dengan mendasarkan pada enam dimensi profil pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila yaitu pelajar yang berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong dan berkebhinnekaan global. Profil pelajar Pancasila merupakan karakter yang merujuk pada Pancasila dan diharapkan dapat terwujud melalui proses pembelajaran (Siswa et al., 2021). Pendidikan karakter memang sudah menjadi perhatian utama dalam kurikulum 2013, tetapi tidak secara spesifik disebutkan sebagai profil pelajar Pancasila. Karakter yang diwujudkan tersebut secara spesifik merupakan tujuan yang inggin dicapai dalam kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka pada dasarnya merupakan bentuk optimalisasi pengembangan pendidikan yang disesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi di masyarakat(Marisa, 2021). Kurikulum merdeka juga mengarahkan pada upaya perbaikan kualitas pendidikan berbasis pada luaran yang dihasilkan (Suryaman, 2020). Kurikulum merdeka lebih memusatkan pembelajaran yang mengembangkan kebebasan berfikir dan bersikap secara mandiri(Wonosobo, 2022). Kemandirian yang diharapkan dalam pencapaian kurikulum merdeka ditujukan pada kemampuan anak dalammengembangkan pendidikan sesuai dengan kemampuan,bakat dan minat yang dimiliki siswa (Faiz, 2022). Pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum merdeka lebih diarahkan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa bahagia (Nasution, 2022).Pembelajaran yang ditekankan pada kurikulum merdeka diwujudkan dalam bentuk pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran yang dilakukan dengan prinsip berdiferensiasi berupaya mengakomodir siswa yang beragam dari kebutuhan belajar, bakat dan minat yang dimiliki (Marlina etall, 2020). Pada dasarnya proses pembelajaran dapat dimaksimalkan keberhasilannya bila dilakukan melalui pembelajaran yang berdiferensiasi(Morgan, 2014). Pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengembangkan bakat dan minat siswa secara lebih optimal(Chandra Handa, 2019). Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan pembelajaran baru yang sebelumnya belum diterapkan secara lebih spesifik dalam kurikulum 2013. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di berbagai negara, dengan hasil pembelajaran yang beragam. Salah satunya 242 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 yang dilakukan di beberapa sekolah di Australia. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pembelajaran berdiferensiasi akan mampu membentuk pengalaman dan pemahaman yang kaya dari berbagai proses pembelajaran(Hodges & McTigue, 2014). Prinsip pembelajaran beriferensiasi dalam kurikulum merdeka selain diharapkan membentuk pemahaman dari berbagai pengalaman belajar juga diupayakan untuk mengembangkan profil pelajar Pancasila. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Ristek menegaskan pada akhir tahun 2020 tujuan pendidikan di Indonesia adalah mengembangkan pembelajaran yang mendukung siswa, pembelajaran yang membebaskan pemikiran, dan pendidikan yang memaksimalkan potensi siswa. Diferensiasi merupakan salah satu taktik yang dapat membangun proses pembelajaran. Menggunakan diferensiasi di dalam kelas Ada tiga alternatif metodologi pembelajaran diferensiasi yang memungkinkan: diferensiasi materi, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Profil belajar, kesiapan, dan minat siswa digunakan untuk membedakan materi. Proses diferensiasi dilaksanakan dengan penggunaan kegiatan berjenjang, pengembangan kegiatan yang beragam, dan klasifikasi siswa berdasarkan kesiapan, kemampuan, dan minat. Untuk membedakan konten, kesiapan, minat, dan profil belajar siswa digunakan. Aktivitas berjenjang, penciptaan aktivitas yang beragam, dan penggolongan siswa menurut kesiapan, bakat, dan minat, semuanya digunakan untuk melakukan proses diferensiasi. Diferensiasi produk dapat dilakukan melalui pemberian pilihan bagaimana siswa mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran berdifferensiasi sebagai salah satu strategi untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan profil gaya belajar siswa. Untuk menentukan profil gaya belajar siswa dilakukan asesmen diagnostic di awal pembalajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Trawas 1 Kabupaten Mojokerto pada 23 siswa kelas 6 dan 1 orang guru kelas 6. Penentuan lokasi didasarkan pada alasan yang utama bahwa SDN Trawas 1 Kabupaten Mojokerto merupakan salah sekolah dasar yang memiliki 2 orang guru pengerak yang telah melaksanakan kurikulum merdeka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data yang diperoleh berupa data primer dari hasil penelitian. Adapun data primer diperoleh secara langsung dari guru, kepala sekolah, pelatih ahli sekolah penggerak dan siswa melalui berbagai teknik pengumpulan data yang dilakukan. Informan dalam penelitian ini yaitu dari kepala sekolah, guru, pelatih ahli, dan siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi yang dilakukan secara langsung di SDN Trawas 1 Kabupaten Mojokerto. Wawancara yang dilakukan untuk menggali implementasi pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran tematik kelas VI, hambatan dan faktor pendorong maupun penghambat dalam pengimplementasian pembelajaran sehingga wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran VI, siswa dan kepala sekolah. 243 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 Teknik dokumentasi dilakukan untuk melihat beberapa dokumentasi proses pembelajara seperti jurnal mengajar atau catatan proses pembelajaran dan dokumentasi hasil belajar siswa dengan pengimplementasian pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran tematik. Adapun observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa maupun aktivitas guru dalam pembelajaran, sehingga gambaran pengimplementasian pembelajaran berdiferensiasi akan nampak secara lebih jelas. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan berfungsi untuk mengarahkan semua kecenderungan bawaan anak menuju keselamatan dan kebahagiaan sehingga mereka dapat berkembang sebagai individu dan kontributor masyarakat. Guru menyadari bahwa setiap anak berbeda dan memiliki sifat yang berbeda. Peran guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang mendukung kemampuan alami setiap anak untuk tumbuh dan berkembang sambil juga memastikan bahwa mereka mengalami keamanan dan kebahagiaan selama ini. Fakta bahwa setiap siswa di kelas adalah individu yang berbeda harus menjadi dasar untuk praktik pembelajaran di kelas dan di sekolah, serta sebagai titik acuan ketika mengevaluasi praktik pembelajaran. Siswa dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, yang tidak dapat menggunakan teknologi di rumah, dapat membentuk keragaman siswa; siswa yang baru saja pindah dari daerah lain dan berjuang untuk memahami bahasa yang digunakan di kelas; siswa yang menjadi tidak tertarik karena sudah benar-benar menguasai keterampilan yang diajarkan, sehingga belajar tidak lagi sulit baginya; siswa yang berusaha memahami apa yang diajarkan tetapi tidak mampu melakukannya karena tidak ada jarak yang cukup antara kemampuan mereka dan apa yang dipelajari; siswa yang pekerjaannya terlihat bagus, tetapi memiliki masalah sosial dan emosional; siswa yang sangat tertarik pada bidang tertentu; siswa yang berjuang dengan belajar; Dan seterusnya. Asesmen diagnostik dapat digunakan untuk memulai pembelajaran mengidentifikasi keragaman siswa tersebut.Asesmen diagnostik tersebut dilaksanakan untuk dapat mengetahui kesiapan belajar siswa, pemahaman siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran maupun kebutuhan belajar siswa. Asesmen diagnostik guru harus dapat melihat kesulitan fungsional siswa, kebutuhan bantuan tambahan bagi mereka, bagaimana mereka bergerak di sekitar sekolah, kelebihan, potensi atau kemampuan mereka, bagaimana membantu mereka di sekolah, dan informasi lain tentang mereka. Penilaian diagnostik adalah salah satu yang akan membuat pembelajaran diferensiasi lebih mudah dilakukan oleh guru. Asesmen diagnostik kognitif dan nonkognitif adalah contoh asesmen diagnostik yang dapat dibuat oleh guru. Guru harus dapat membuat kedua penilaian dengan cara terbaik sehingga mereka secara akurat mencerminkan pembelajaran yang berbeda. Guru biasanya menggunakan penilaian diagnostik yang lebih kognitif dalam penilaiannya. Instruktur menganggap penilaian diagnostik kognitif lebih signifikan daripada penilaian diagnostik non-kognitif dalam hal ini. Bagaimana siswa memiliki kualitas yang berbeda, dengan keunikan, kualitas dan kebutuhan kemajuan yang berbeda, tentu harus dijawab dengan baik. Jika tidak, maka tentu 244 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 saja akan terjadi lubang pembelajaran, dimana prestasi yang ditunjukkan oleh siswa tidak sesuai dengan potensi prestasi yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh siswa tersebut. Menerapkan pembelajaran yang berbeda adalah satu hal yang dapat kita lakukan untuk memenuhi karakteristik siswa yang beragam ini. Dalam bukunya “How to Differentiate Instruction in a Mixed Ability Classroom”, Tomlinson (2001) menunjukkan bahwa kategori kebutuhan belajar siswa didasarkan pada setidaknya tiga aspek. Ini adalah tiga aspek: 1. kemauan siswa untuk belajar; 2. Minat siswa; profil belajar mereka. Siswa akan tampil lebih baik ketika tugas yang diberikan selaras dengan pengetahuan dan kemampuan mereka sebelumnya (kesiapan untuk belajar). Kemudian, jika tugas memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai dan jika tugas tersebut membangkitkan rasa ingin tahu atau keinginan (minat) siswa, Keadaan mental yang dikenal sebagai minat menghasilkan respons terarah dan memuaskan diri sendiri terhadap situasi atau objek tertentu. (2001: Tomlinson) 53), menyatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis minat adalah sebagai berikut: 1) membantu siswa memahami bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan siswa terhadap pembelajaran; 2) menunjukkan bahwa semua pembelajaran terhubung; 3) menggunakan konsep atau keterampilan yang sudah dikenal siswa sebagai jembatan untuk mempelajari konsep atau keterampilan yang belum dikenalnya; 4) Meningkatkan minat belajar siswa. Sebenarnya ada dua perspektif tentang bunga. Minat situasional didahulukan. Dari sudut pandang ini, minat adalah keadaan mental yang dialami pada waktu tertentu dan ditandai dengan meningkatnya perhatian, usaha, dan emosi. Sekalipun seorang anak tidak terlalu menyukai mata pelajaran tentang hewan, seorang guru yang membicarakannya dengan cara yang menghibur dan menarik serta menggunakan berbagai alat bantu visual tetap dapat menarik minatnya. Kedua, kecenderungan individu untuk menghabiskan banyak waktu terlibat dengan objek atau subjek tertentu adalah definisi lain dari minat. Kepentingan individu adalah nama lain dari minat ini. Jika seorang anak tertarik pada binatang, dia akan terus tertarik untuk mempelajarinya, bahkan jika gurunya mungkin tidak menyajikannya dengan cara yang menarik atau menarik pada saat itu. Memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan membantu guru mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat siswanya dalam belajar karena minat merupakan salah satu faktor utama yang mendorong siswa untuk “terlibat aktif” dalam proses pembelajaran. Istilah "Profil Pembelajaran" mengacu pada preferensi belajar individu kita. Motivasi di balik pengenalan atau perencanaan kebutuhan kemajuan siswa dalam melihat profil pembelajaran adalah untuk memberikan pintu terbuka bagi siswa untuk maju secara normal dan produktif. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang guru memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya sendiri secara tidak sengaja. terlepas dari kenyataan bahwa setiap anak memiliki profil belajar yang unik. Guru perlu menyadari hal ini untuk menyesuaikan pendekatan dan metode pengajaran mereka. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan profil belajar siswa. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: 245 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 Preferensi untuk lingkungan belajar, seperti suhu ruangan, tingkat kebisingan, tingkat cahaya, dan pembelajaran terstruktur atau tidak terstruktur, antara lain Misalnya: Mungkin beberapa anak tidak dapat belajar di ruangan yang terlalu dingin, berisik, terang, dll. Dampak Sosial: informal, formal, pendiam, ekspresif, pribadi, atau impersonal? Preferensi untuk gaya belajar Cara siswa memilih, memperoleh, memproses, dan menyimpan informasi baru adalah gaya belajar mereka. Secara umum ada tiga gaya belajar:1. visual: memajukan dengan melihat (misalnya melalui materi seperti gambar, menunjukkan garis besar, fokus daya, catatan, peta, koordinator realistik);2. auditori: belajar dengan mendengar (misalnya membaca dengan suara keras, mendengarkan guru menjelaskan sesuatu, mendengar sudut pandang orang lain dalam diskusi, mendengarkan musik) 3. kinestetik: melakukan adalah cara terbaik untuk belajar (bergerak dan meregang, melakukan aktivitas langsung, dll.). Guru harus mencoba menggunakan berbagai metode pengajaran karena siswa kita memiliki gaya belajar yang berbeda.Preferensi yang didasarkan pada lebih dari satu kecerdasan: musikal, visual-spasial, kinestetik-jasmani, interpersonal, intrapersonal, verbal- linguistik, naturalis, dan logis-matematis adalah contoh dari bidang ini. Di lokasi penelitian, digunakan tiga jenis diferensiasi dalam pembelajaran diferensiasi dalam pembelajaran tematik. Menurut prinsip pembelajaran diferensiasi, diferensiasi dapat dilihat pada diferensiasi produk, diferensiasi isi, dan diferensiasi proses. Hasil asesmen diagnostik yang diberikan kepada 23 siswa kelas VI SDN Trawas 1 Kabupaten Mojokerto. Ada sepuluh pertanyaan dalam tes ini, tiga di antaranya tentang identitas siswa—seperti nama, kelas, dan nomor kehadiran—dan tujuh di antaranya tentang gaya belajar, minat, dan pengetahuan awal siswa tentang mata pelajaran yang diajarkan. Menurut data tersebut di atas, 73,91% lebih memilih kelompok. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sardiman (2014:114) bahwa metode belajar kelompok sangat efektif untuk menumbuhkan suasana kerjasama antar siswa dengan harapan akan meningkatkan pembelajaran. Slavin juga menambahkan dukungan untuk ini (2015: 142), pembelajaran kooperatif atau berbasis kelompok memiliki dampak positif dan signifikan terhadap harga diri dan hubungan siswa di dalam dan antar kelompok. Siswa harus dilibatkan sebanyak mungkin dalam pengembangan karakter dan kompetensinya. Mayoritas siswa menyenangi pembelajaran mata pelajaran tematik, dengan 65,21 persen menjawab riang dan 34,78 persen menjawab biasa, hal ini terkait dengan minat siswa terhadap mata pelajaran tematik. Guru sangat bergantung pada data minat untuk mengetahui cara terbaik untuk melibatkan siswa dalam pelajaran mereka dan membuat mereka tetap tertarik. Hal ini menyinggung apa yang diungkapkan oleh Sanjaya (2007:69) bahwa minat belajar merupakan cara pandang yang dapat menentukan inspirasi seseorang dalam menyelesaikan latihan-latihan tertentu. Selain itu, terkait minat siswa terhadap mata pelajaran tematik, data menunjukkan bahwa mayoritas siswa senang mempelajari mata pelajaran tematik, dengan 21,7 persen menjawab biasa saja dan 78,2 persen menjawab riang. Guru sangat bergantung pada data minat untuk mengetahui cara terbaik untuk melibatkan 246 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 siswa dalam pelajaran mereka dan membuat mereka tetap tertarik. Menurut Sanjaya (2007:69), motivasi seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu dapat dipengaruhi oleh minat belajarnya. Berdasarkan pertanyaan tersebut, 34,82% responden menyatakan bahwa materi atau topik tersebut yang membuat siswa menyukai atau tidak menyukai mata pelajaran Tematik, sedangkan 65,21% menyatakan bahwa metode pengajaran yang disalahkan. Sangat penting untuk mengenali pentingnya menyajikan siswa dengan konten yang menarik. Kemudian dalam kitab Isa, pembelajaran berdiferensiasi dengan pembedaan isi menyajikan materi dalam berbagai format, antara lain teks, video, gambar, dan lain-lain. Setelah itu, pembelajaran sangat dipengaruhi oleh metode pengajaran sehingga menghasilkan informasi mengenai pengetahuan awal siswa terhadap materi pertama yang disajikan, khususnya tema. Siswa ditanya apakah mereka pernah mendengar atau memahami globalisasi. Sebanyak 69,56 persen orang menjawab sekali, dan 30,43 persen orang sering menjawab. Ada persentase yang berbeda untuk setiap kelas. Artinya, tindakan dan usaha guru di setiap kelas akan ditentukan oleh hasil tersebut. Di kelas yang sebagian besar siswanya belum pernah mendengar atau memahami globalisasi, materi awal tambahan akan diberikan. ketika siswa gagal untuk menunjukkan kompetensi Gambar 2.1 Guru memberi instruksi tentang pengisian asesmen diagnostic Gambar 2.2 Siswa mengisi asesmen diagnostik 247 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 Tindak Lanjut Tes Diagnostik dalam Pembelajaran Hasil tes diagnostik, selain untuk pemetaan dan kontrak pembelajaran, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Pembelajaran diferensiasi berpotensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara teori, pembelajaran yang dibedakan bukanlah pengajaran dengan cara yang berbeda untuk setiap siswa, melainkan pembelajaran yang memenuhi atau melayani kebutuhan siswa. Selain itu, pembelajaran yang dibedakan tidak menambah lagi soal bagi siswa yang bekerja cepat, tidak memisahkan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, dan tidak memberikan tugas yang berbeda-beda kepada setiap anak. Pembelajaran yang dibedakan adalah hasil dari serangkaian keputusan yang masuk akal yang dibuat guru sebagai tanggapan terhadap kebutuhan siswa mereka. RPP yang telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa harus dimodifikasi oleh instruktur dalam menanggapi kebutuhan belajar siswa tersebut. Apakah dia perlu menggunakan metode, sumber, tugas, dan penilaian yang berbeda, misalnya? Bagaimana guru mengatur lingkungan belajar yang “mengajak” siswa untuk belajar dan berusaha keras untuk mencapai tujuan akademiknya? Kemudian juga pastikan setiap siswa di kelas menyadari bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka selama pengalaman yang berkembang. Guru diharapkan untuk menyusun prosedur, rutinitas, dan metode yang fleksibel. Selain itu, guru diminta untuk menggunakan data yang dikumpulkan selama proses penilaian formatif untuk mengidentifikasi siswa yang masih tertinggal atau yang telah mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat menggunakan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan strategi diferensiasi produk untuk mencapai pembelajaran yang berbeda. Memanfaatkan bahan bacaan dengan berbagai tingkat keterbacaan adalah strategi diferensiasi konten; menyajikan konsep melalui suara dan gambar; memanfaatkan teman membaca; dan bertemu dalam kelompok kecil untuk mengajarkan kembali konsep atau keterampilan kepada siswa yang sulit atau untuk memperluas pemikiran dan keterampilan siswa tingkat lanjut. Siswa dalam strategi diferensiasi proses berkolaborasi dalam kelompok untuk mendiskusikan strategi pemecahan masalah; Siswa yang membutuhkan bantuan tambahan dapat ditempatkan dalam satu kelompok oleh guru, yang dapat mengelompokkannya sesuai dengan kebutuhan pemetaannya; Instruktur akan memfasilitasi diskusi kelompok ini. Variasi tugas siswa merupakan salah satu aspek dari strategi diferensiasi produk. Minat siswa dapat dijadikan dasar untuk pembedaan. Mereka dapat diberi opsi untuk memilih metode pengumpulan atau alat untuk tugas tersebut. Misalnya, itu dapat diturunkan sebagai garis besar atau teks, sebagai video, atau dalam format lain sesuai dengan informasi tata letak yang sudah kita miliki. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran Tematik dilaksanakan melalui 3 bentuk diferensiasi yaitu diferensiasi proses, diferensiasi konten dan diferensiasi produk. Pembelajaran berdiferensiasi dalam mata pelajaran tematik masih belum maksimal dilakukan karena guru masih kesulitan dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Guru masih kesulitan dalam 248 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 membuat Modul Ajar yang sesuai dengan pembelajaran yang berdiferensiasi dan mengelola kelas yang sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Faktor pendorong implementasi pembelajaran berdiferensiasi yaitu kepemimpinan kepala sekolah yang selalu memberikan motivasi kepada guru dan menyelenggarakan berbagai pendampingan bagi guru melalui berbagai kegiatan seminar, in house trainingmaupun kegiatan workshop. Adapun faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi adalah pada kesiapan guru dalam merencanakan pembelaajaran berdiferensiasi dan kemampuan guru yang belum maksimal dalam melakukan asesmen dignostik dan pada pemahaman tentang dimensi profil pelajarPancasila yang akan dikembangkan dalam pembelajaran. Hasil tes diagnostic sangat penting sebagai pemetaan siswa menyangkut gaya belajar, minat, kesiapan, dan aspek lainnya. Hasil ini juga untuk meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi,baik diferensiasi konten,proses, maupun produk. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran(Tersedia dalam https://jdih.kemdikbud.go.id/sjdih/siperpu/dokumen/salinan/salinan_20220215_0939 00_Salinan%20Kepmendikbudristek%20No.56%20ttg%20Pedoman%20Penerapan%20Kur ikulum.pdf) Diunduh pada 27 Agustus 2022 PermendikbudristekNomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses. Tersedia dalam https://jdih.kemdikbud.go.id/sjdih/siperpu/dokumen/salinan/salinan_20220421 Putrayasa, Ida Bagus. 2013. Landasan Pembelajaran. Singaraja: Undiksha Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.Slavin, Robert E. 20105. Cooperative Learning: Teori Riset dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron. Cooperative Learning: Theory, Research, andPratice. Bandung: Nusa Media. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Tersedia dalam https://pmpk.kemdikbud.go.id/assets/docs/UU_2003_No_20__Sistem_Pendidikan_Na sional.pdf) Diunduh pada 27 Agustus 2022 Chandra Handa, M. (2019). Leading Differentiated Learning for the Gifted. Roeper Review, 41(2), 102–118. https://doi.org/10.1080/02783193.2019.1585213 Danang Prasetyo, M. D. R. (2019).Pentingnya Pendidikan Krakter Melalui Keteladanan Guru. Harmony, 4(1). Ellya Novera, Daharnis, Yeni Erita, A. F. (2021). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu, 5(6), 6349_6356.Faiz, A. (2022). Program Guru Penggerak Sebagai Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 14(1), 2442–2355. Grissom, J. A., & Bartanen, B. (2019). Principal effectiveness and principal turnover. Education Finance and Policy, 14(3), 355–382. https://doi.org/10.1162/edfp_a_0025 6Hodges, T. S., & McTigue, E. M. (2014). Renovating Literacy Centers for Middle Grades: Differentiating, Reteaching, and Motivating. The Clearing House: A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 87(4), 155–160. https://doi.org/10.1080/00098655.2014.886550 249 Dwi Yani, Susriyati Muhanal, Aynin Mashfufah Implementasi Assemen Diagnostic untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar DOI Artikel: doi.org/10.46306/jurinotep.v1i3.27 Jayanti, G. D., Setiawan, F., Azhari, R., & Putri Siregar, N. (2021). Analisis Kebijakan Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035. Jurnal Pendidikan Dasar Dan Keguruan, 6(1), 40–48. https://doi.org/10.47435/jpdk.v6i1.618 Marisa, M. (2021). Inovasi Kurikulum “Merdeka Belajar” di Era Society 5.0. Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidiikan Dan Humaniora), 5(1), 66–78. https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e- ISSN Marlina, M., Efrina, E., &... (2020). Model Asesmen Pembelajaran Berdiferensiasi Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusif. Jurnal.... http://ejurnal-mapalus- unima.ac.id/index.php/ortopedagogik/article/view/1779 Maryani, E., & Syamsudin, H. (2009). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. JurnalPenelitian, 9(1), 1–15. http://jurnal.upi.edu/file/Enok_Maryani.pdfMiftah Nurul Annisa, A. W. (2020). Miftah Nurul Annisa, A. W. (2020). Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar di Zaman Serba Digital. Jurnal Pendidikan Dan Sains, 2(1), 35– 48. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintangPentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Das. Jurnal Pendidikan Dan Sains, 2(1), 35–48. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/bintang Morgan, H. (2014). Maximizing Student Success with Differentiated Learning. The Clearing House: A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 87(1), 34–38. https://doi.org/10.1080/00098655.2013.832130Nasution, S. W. (2022). Assesment Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah Dasar. Prosiding Pendidikan Dasar, 1, 135– 142. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.181 Pradina, Q., Faiz, A., & Yuningsih, D. (2021). Peran Guru dalam Membentuk Karakter Disiplin ( Studi Pada Siswa di Mi Nihayatul Amal Gunungsari Cirebon ). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6), 4118–4125 Siswa, K. P., Suryaningsih, A., & Noventari, W. (2021). Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap. Jurnal Ketahanan Nasional, 27(2), 230–249. http://jurnal.ugm.ac.id/JKN Suryaman, M. (2020). Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 1(1), 13–28. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/article/view/13357 Wardati, Z. (2019). Peran Guru dalam Pembentukan Karakter Sosial Anak pada Habib Alby Homeschooling The Role of Teachers in Forming Children’s Social Character at Habib Alby Homeschooling. DAYAH: Journal of Islamic Education, 2(2), 261–280. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2834/11/BAB II -Rev.pdf Webb, C., & Baird, J. H. (1968). Learning Differences Resulting from Teacher-and Student-Centered Teaching Methods. The Journal of Higher Education, 39(8), 456–460. https://doi.org/10.1080/00221546.1968.11776534Wonosobo, D. I. M. I. N. (2022). IMPELEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR. 12(2020), 95–101. https://doi.org/0.15642/jkpi.2022.12.60.-71 Wulandhari, C. A., Zulfiati, H. M., &Rahayu, A. (2019). Peran guru dalam pembentukan karakter peduli lingkungan melalui pembelajaran tematik di kelas IV SD 1 Sewon. Prosiding Seminar Nasional PGSD 2019, 1(April), 85–96.Zoher Hilmi, M. (2017). Implementasi pendidikan IPS di sekolah dasar. JIME: Jurnal Ilmiah MandalaEducation, 3(2), 168. http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/view/198/189 250